Bagaimanakah do’a ucapan selamat kepada keluarga yang baru saja mendapatkan si buah hati?
An Nawawi dalam kitabnya Al Adzkar memberikan pelajaran menarik sebagai berikut.
(باب استحباب
التهنئة وجواب المهنأ) – يستحب تهنئة المولود له ، قال أصحابنا : ويستحب أن
يهنأ بما جاء عن الحسين رضي الله عنه أنه علم إنسانا التهنئة فقال : قل :
بارك الله لك في الموهوب لك ، وشكرت الواهب ، وبلغ أشده ، ورزقت بره.
ويستحب أن يرد على المهنئ فيقول : بارك الله لك ، وبارك عليك ، وجزاك الله
خيرا ، ورزقك
الله مثله ، أو أجزل الله ثوابك ، ونحو هذا.
Bab dianjurkannya ucapan selamat dan jawaban dari ucapan selamat.
Dianjurkan ucapan selamat bagi orang tua yang baru saja mendapatkan
buah hati, yaitu bacaan sebagaimana diajarkan oleh para ulama
Syafi’iyah: Dianjurkan ucapan selamat kedapa orang tua yang mendapatkan
buah hati, sebagaimana dikatakan bahwa Al Husain bin ‘Ali radhiyallahu ‘anhu mengajarkan pada seseorang ucapakan selamat “Barokallahu laka fil mawhuubi laka wa syakarta al waahib, wa balagho asyuddahu, wa ruziqta birrohu”
(Semoga Allah memberkahimu anak yang diberikan kepadamu. Semoga engkau
pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dan dia dapat mencapai dewasa, serta
engkau dikaruniai kebaikannya).
Lalu orang yang diberi ucapan selamat hendaklah menjawab, “Barokallahu laka wa baroka ‘alaika wa jazakallahu khoiron wa rozaqokallahu mitslahu aw ajzalallahu tsawabak”
(Semoga Allah juga memberkahimu dan melimpahkan kebahagiaan untukmu.
Semoga Allah membalasmu dengan sebaik-baik balasan, mengaruniakan
kepadamu sepertinya dan melipatgandakan pahalamu)
Dalam Al Futuhat Ar Robbaniyah ‘alal Adzkar An Nawawiyah, Ibnu ‘Allan Asy Syafi’i rahimahullah menjelaskan maksud An Nawawi di atas. Beliau berkata,
“An Nawawi tidak menyebutkan dari manakah riwayat tersebut
dikeluarkan. Ulama lainnya menyebutkan bahwa yang mengatakan seperti itu
adalah Al Hasan. As Suyuthi dalam “Wushul Al Amani bi Ushulit Tahani”
mengatakan bahwa riwayat tersebut dikeluarkan oleh Ibnu ‘Asakir dari
Kultsum Ibnu Jausyan, ia berkata, “Seseorang pernah mendatangi Al Hasan
dan orang tersebut baru saja dilahirkan seorang anak. … Lalu orang tadi
berkata, “Wahai Abu Sa’id (ia menyeru Al Hasan,-pen), apa yang akan
engkau ucapkan?” Al Hasan pun mengatakan,
بورِك لك في الموهوب، وَشَكَرتَ الواهب، ورزققت برَّه، وبلغ أشُدَّه
“Buurika laka fil mauhubi, wa syakarta al waahib, wa ruziqta birrahu wa balagho asyuddahu”
(Semoga anak yang diberikan kepadamu diberkahi. Semoga engkau pun
bersyukur kepada Sang Pemberi, semoga engkau dikaruniai kebaikannya, dan
dia dapat mencapai dewasa).
Ath Thobroni mengeluarkan dalam Ad Du’a’ dari jalur Al Yasri bin
Yahya, ia berkata bahwa ketika seseorang dikarunai seorang anak, Al
Hasan Al Bashri mendoakannya dengan do’a,
جَعَلَهُ اللهُ مُبَارَكًا عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ
“Ja’alallahu mubaarokan ‘alaika wa ‘ala ummati Muhammadin” (Semoga Allah memberinya keberkahan untukmu dan untuk ummat Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam).
Jika kita perhatikan riwayat pertama dan riwayat kedua yang secara
tegas menyebutnya sebagai perkataan Al Hasan Al Bashri, maka kita bisa
pastikan bahwa yang dimaksud dari riwayat di atas dari Al Hasan Al
Bashri (bukan dari Al Hasan bin ‘Ali) karena nama kunyah dari Al Hasan
Al Bashri adalah Abu Sa’id sedangkan nama kunyah Al Hasan bin ‘Ali
adalah Abu ‘Abdillah. Yang menegaskan bahwa yang dimaksud adalah Al
Hasan Al Bashri yaitu Al Awza’i. Akan tetapi dalam kitab At Tuhfah milik
Ibnu Hajar, tetap dikatakan bahwa yang dimaksudkan adalah Al Hasan bin
‘Ali.” Sekian nukilan dari Al Futuhat Ar Robbaniyah.[2]
Dari penjelasan Ibnu ‘Allan di atas dari riwayat-riwayat yang ada,
do’a tersebut berkisar antara do’a dari Al Husain bin ‘Ali, dari Al
Hasan bin ‘Ali atau dari Al Hasan Al Bashri. Namun yang Nampak lebih
kuat dari riwayat-riwayat yang ada adalah dari Al Hasan Al Bashri. Yang
sungguh sangat tidak tepat jika do’a tersebut berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak boleh kita mengatakan demikian. Minimal do’a ini berasal dari sahabat atau yang lebih tepatnya adalah dari tabi’in.
Satu catatan lagi yang perlu diperhatikan bahwa do’a di atas yang
memakai lafazh “al waahib” sebagaimana disebutkan dalam Al Adzkar, kata
“al waahib” yang dimaksudkan adalah Allah (Yang Maha Pemberi), namun
kata sama sekali bukanlah asmaul husna.[3]
Sehingga lebih tepat jika do’a yang dipakai adalah dari riwayat yang kedua,
جَعَلَهُ اللهُ مُبَارَكًا عَلَيْكَ وَعَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ
“Ja’alallahu mubaarokan ‘alaika wa ‘ala ummati Muhammadin” (Semoga Allah memberinya keberkahan untukmu dan untuk ummat Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam). Do’a ini adalah do’a dari Al Hasan Al Bashri dan tidak boleh diyakini dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Jika kita lihat dari penjelasan di atas, kita dapat ketahui bahwa ada
kelonggaran dalam do’a ucapan selamat, boleh dengan do’a apa saja asal
maknanya benar dan tidak mengapa pula dengan bahasa Indonesia.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat.
sumber: rumaysho.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar