Selasa, 31 Mei 2016

HALAL




MEET AND GREET RAMADHAN Bag. 5


Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
Materi Tematik | Meet And Greet Ramadhan


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ للَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن سرى على نهده باحسن إلى يوم الدين. وبعد:

Apa yang harus kita lakukan, agar kita bisa bertemu dengan Ramadhan, agar Ramadhan benar-benar menjadi rahmat bagi kita.

*(6) Yang keenam*

Sebelum 1 Ramadhan buat target.

Buat target lalu buat schedule untuk Ramadhan dan berani meng-cancel dan mengorbankan sebagian aktivitas dunia kita.

Target penting, kalau kita tidak punya target repot kita. Kita akan menunda dan menunda.

Misalnya membaca Al Qurānul karīm, kita harus buat target.

"Saya harus khatam Al Qurānul karīm. Kalau bisa lebih baik dari tahun lalu, minimal satu kali khatam. Harus satu kali khatam."

وَسَلَّمَ مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

"Barang siapa membaca 1 huruf dalam Al Qur'an maka Allāh akan berikan pahala. Dan satu pahala Allāh kalikan 10. Aku tidak pernah mengatakan الم itu satu huruf. Namun alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf."

(HR Tirmidzi nomor 2835, versi Maktabatu al Ma'arif Riyadh nomor 2910)

Masa kita tidak tertarik?

Ini promo dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, الم itu 30 pahala lho.
Harus sekali khatam.

Nah, setelah kita pastikan satu kali khatam, maka berikutnya buat schedule (jadwal).

Satu kali khatam berarti satu hari satu juz. Satu juz itu ada 10 lembar, maka antum bagi.

Misalnya, ini contoh saja:

√ sebelum sahur 1 lembar,
√ ba'da subuh 2 lembar, jadi 3,
√ nanti dhuha misalnya 2 lembar, jadi 5,
√ ba'da dzuhur biasanya kita makan siang 2 lembar lagi, jadi 7,
√ lalu ashar bikin 1 lembar, jadi 8,
√ magrib, isya, selesai.

Jika tidak maka akan kita tunda terus. Harus ada schedule, tidak bisa tidak.

Para ulama mengatakan:

التَّزْوِيْزُ مِنْ جُنُوْدِ إِبْلِيْس

"Menunda-nunda itu adalah bala tentara iblis."

Jadi harus pakai schedule.

Infaq, sedekah misalnya, antum harus punya target.

Misalnya, "Sehari, 50.000 harus hilang dari dompet saya."

Harus begitu. Tidak mau tahu caranya, 50.000 harus hilang.

Jadi, jika maghrib, 50.000 masih utuh, antum sudah panik, antum galau.

Jika tidak ada target, kita akan nunda lagi, "Besok aja, pasti in syā Allāh ketemu faqir miskin."

Tapi kalau sudah target 50.000 harus hilang, kita akan cari.

Ada tukang ketoprak, "Nih bang 50.000." Tukang ketoprak tidak ada, ada satpam komplek kasih 50.000. Tidak ada semuanya, tetangga lagi nyiram bunga, kasih 50.000. Pokoknya siapa aja kasihlah.

Atau ada pembantu, kasih 50.000. Istri kita ada itu, kasih 50.000, atau istri kasih suaminya 50.000. Pokoknya 50.000 harus hilang.

Nah itu baru Ramadhan, harus ada target. Tanpa target, tidak bisa. 30 hari itu sebentar.

Harus berani memperioritaskan akhirat dan mengorbankan sebagian aktivitas dunia kita.

Ini Ramadhan, bukan bulan yang lain. Cancel yang bisa di cancel.

Para ulama itu liburnya 2 bulan, satu bulan TC (training center) Sya'ban, satu bulan Ramadhan, total 2 bulan. Itu toko tutup, usaha berhenti dan masuk lagi Syawal.

Ini luar biasa. Belum tentu kita ketemu lagi. Maksimalkan 1 bulan ini. Yang bisa di cancel, di cancel. Selama kita tidak melalaikan kewajiban kita dan tanggung jawab kita.

Berkah Ramadhan pas kita benar-benar berusaha beribadah kepada Allāh.
Saya punya kenalan, dia pingin 'itikaf. Tapi di ultimatum oleh kampungnya, disuruh pulang, dusuruh mudik. Orangnya pas-pasan, biasa-biasa saja. Galau sekali, karena dia ingin malam-malam terakhir, prime timenya (puncaknya) Ramadhan, dia bisa beribadah, tapi dia disuruh mudik.

Akhirnya dia putuskan saya mudik dengan jalur udara, padahal dia tidak punya uang.

Terus saya bilang, "Kan mahal Pak?"

"Daripada saya naik mobil, malam 27 saya di pantura Pak, macet segala macam dan seterusnya, mendingan saya naik pesawat saja."

Eh, ketika dia beli tiket pesawat, ekonomi class habis, dia beli bisnis, dia, istrinya, anak-anaknya bisnis semua. Padahal saya tau kemampuannya tuh biasa-biasa aja, tidak nutuplah.

Tapi itu Ramadhan, para ulama, para sahabat rādiallahuta'ala anhum, mereka bisa sehari khatam.

Jika Ustman sibuk dengan tokonya bagaimana sehari khatam? Tidak mungkinlah.

Itu menurut para ulama. Itu Ramadhan. Kalau cuma kongkow, cuman ngumpul, cuman curhat, itu bukan Ramadhan.

Ramadhan, fastabiqul khairāt.

Ini yang perlu kita camkan hadirin hadirat yang dirahmati oleh Allāh Subhanahu wa Ta'ala. *Berani.*

Ada sebagian ibu-ibu kalau Ramadhan katering, tidak mau masak.

"Habis waktu saya."

Katering dan suaminya ridhā. Saur dibawa, buka puasa dan makan malam katering. Jadi dia bisa baca Qurān. Itu yang harus kita pikirkan.

Kenapa ahli dunia berani mengorbankan uang untuk dunia mereka, kita tidak berani mengorbankan uang untuk akhirat kita?

Allāh akan ganti, tidak mungkin Allāh tidak ganti.

Jika kita korbankan dunia, di Sya'ban, di Rājab Allāh akan ganti. Tidak mungkin di Ramadhan tidak diganti.

Ingat sekali lagi sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang disebutkan oleh salah seorang sahabat:

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا للهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ بَدَّلَكَ اللهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

"Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah 'Azza wa Jalla, kecuali Allah akan menggantikannya bagimu dengan yang lebih baik bagimu."

(HR Ahmad)
*(7) Yang ketujuh*

Dan yang terakhir, doktrin diri kita, bangun perasaan bisa jadi Ramadhan ini, Ramadhan terakhir kita.

Ramadhan terakhir, tiada Ramadhan di tahun depan. Tidak ada Ramadhan di 2 tahun yang akan datang.

Ini kesempatan terakhir kita:

√ Kesempatan terakhir kita berpuasa.

√ Kesempatan terakhir kita merasakan syahdunya sahur bersama pasangan tercinta kita, dengan anak-anak kita.

√ Kesempatan terakhir melihat gelak tawa cucu kita, anak-anak kita ketika berbuka, ini kesempatan terakhir.

√ Kesempatan terakhir membaca Al Qur'an di bulan Qur'an.

√ Kesempatan terakhir mencatatkan nama kita sebagai pengkhatam-pengkhatam Al Qur'an dibulan suci Ramadhan.

√ Kesempatan terakhir untuk qiyamul lail.

√ Kesempatan terakhir untuk tahajud dibulan yang penuh berkah ini.

Tanamkan perasaan ini, doktrin diri kita, ini bisa jadi kesempatan terakhir, ini kesempatan terakhir.

Dan ini bukan sugesti belaka, ini riil, persentasenya 50% 50%. Karena kita tidak tahu kapan kita meninggal dunia.

Dan kita buktikan betapa banyak diantara kita yang Ramadhan tahun lalu ditemani oleh salah satu orang terdekatnya sekarang sudah tidak ada, sekarang sudah masuk bersama hewan-hewan di dalam tanah.

Seseorang yang merasakan bahwa ini adalah Ramadhan terakhirnya, maka dia akan luar biasa beribadah. Orang akan mengeluarkan seluruh potensinya ketika dia merasa ini adalah kesempatan terakhir.

Ini "The Last Chance".

Dipertandingan final piala dunia, kalau sudah perpanjangan waktu, itu keeper maju lho. Dia sudah tidak peduli lagi, dia akan habis-habisan. Apalagi kalau dia ketinggalan.

Kita ini ketinggalannya banyak banget lho. Masa lalu kita berlumuran dosa dan maksiat.

Keeper maju, dia tidak peduli lagi tuh gawang. Apalagi kalau tendangan sudut, tendangan bebas, dia akan maju sampai kotak pinalti lawan.

Ini saatnya kita mengejar ketinggalan kita. Ini kelas akselerasi. Dimana amal ibadah dilipatgandakan oleh Allāh Subhanahu Wa Ta'ala. Dan bisa jadi ini adalah Ramadhan terakhir kita.

Nabi shālallahu 'alayhi wassalam bersabda:

فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ

"Shālatlah anda seperti anda mengerjakan shālat terakhir di muka bumi ini."

(Hasan. Dikeluarkan oleh Ahmad (5/412), Ibnu Majah(4171), Abu Nu’aim dalam Al Hilyah (1/462) Al Mizzi (19/347) dan Lihat Ash Shahihah (401))

Kita akan khusyu', kita akan menangis kepada Allāh Subhanahu wa Ta'ala, kita akan merintih, kita akan sujud selama-lamanya.

Ramadhan ini bisa jadi kesempatan terakhir rekan-rekan sekalian. Perjumpaan kita dengan Ramadhan tahun ini, insya Allāhu Ta'ala adalah sebuah momentum dan pengalaman emas dalam kehidupan kita.

Dan bisa jadi ini adalah kesempatan terakhir kita untuk berinteraksi dengan Ramadhan, maka siapkanlah perbekalan kita dan siapkanlah seluruh amunisi kita untuk fight di Ramadhan.

Dan jangan lupa berdo'a kepada Allāh agar Allāh pertemukan kita dengan Ramadhan tahun ini. Karena walaupun sudah di depan mata kita, tetapi tidak ada yang tahu ajal. Betapa banyak orang yang meninggal H-1 Ramadhan, betapa banyak orang yang meninggal sebelum matahari terbenam masuknya bulan suci Ramadhan.

Maka berdo'alah kepada Allāh Subhanahu wa Ta'ala agar Allāh berikan kesempatan kita untuk mencuci segala dosa-dosa kita.

Dan sekali lagi kalau Allāh sudah berikan kita kesempatan, maka itu nikmat dari Allāh. Hendaklah kita bersyukur dengan memaksimalkannya sebaik dan sebaik-baik mungkin sehingga kita tidak termasuk ke dalam orang-orang yang divonis celaka oleh Nabi kita shālallahu 'alayhi wassalam.

Dan Allāh akan menguji kita mana yang akan kita pilih, apakah akhirat atau dunia?

Dan betapa banyak orang yang Allāh katakan:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا

"Namun kalian lebih memilih dunia."

(QS Al A'lā: 16)

Saya harap rekan-rekan sekalian benar-benar bisa berpikir jernih dan bisa memaksimalkan Ramadhan tahun ini.

Semoga bermanfa'at.

Wa'alaikumsalam Warāhmatullāāh Wabarākaatuh

MEET AND GREET RAMADHAN Bag. 4


Ustadz Nuzul Dzikri, Lc
Materi Tematik | Meet And Greet Ramadhan

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ للَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن سرى على نهده باحسن إلى يوم الدين. وبعد:

Apa yang harus kita lakukan agar bisa bertemu dengan Ramadhan, agar Ramadhan benar-benar menjadi rahmat bagi kita.

*(4) Yang keempat*

Sebelum 1 Ramadhan, perbanyak istighfar dan taubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemana-mana:

استغفر الله وآتوب إليه

Resapi dan ingat dosa-dosa kita.

Ustdadz, kok begitu, korelasinya apa ya? Kan kita mau ketemu Ramadhan, bukan mau dugem, bukan mau clubing.

Ulama mengatakan, yang membuat kita malas ibadah, yang membuat kita capek baru ibadah sebentar saja, itu karena beban dosa di pundak kita terlalu banyak.

Allāh berfirman dalam surat Al Muthaffin ayat 14:

كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

"Sekali kali tidak, dosa-dosa mereka itulah yang menutup hati mereka."

Sehingga mereka malas ibadah, mereka tidak beriman kepada Allāh, mereka meninggalkan amal shalih.

Jadi, semakin banyak beban dosa kita, semakin susah beribadah. Dan dosa itu akan mengundang teman-temannya.

Kata para ulama:

إِنَّ المَعْصَيَةَ تنادي أخته

"Sesungguhnya maksiat itu akan mengundang teman-temannya."

Dan celakanya, itu terjadi di Ramadhan. Harus diputus mata rantai itu dengan istighfar, dengan taubat. Banyak istghfar, banyak taubat kalau kita ingin semangat dan bisa nyaman, bisa ringan di tubuh untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Istighfar dan istighfar dan taubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini kunci dan ini nasehat para ulama kita agar "meet and Greet" kita dengan Ramadhan begitu bermakna.
*(5) Yang kelima*

Masuk Ramadhan, syiar kita adalah "lā haula walā quwata illā billāh", tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jangan mengandalkan kemampuan kita semata, jangan mengandalkan ilmu kita saja, jangan mengandalkan pengalaman.

Nggak bisa.

Ibadah itu taufiq dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan inilah, sekali lagi, bumerang bagi orang yang merasa dirinya pengalaman. Dia cenderung mengandalkan pengalamannya, "Insya Allāh, tahun lalu juga bisa gua."

Nggak bisa.

Bertumpulah kepada Allāh.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

"Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami meminta pertolongan."

Apa korelasinya?

Bapaknya ilmu tafsir, Al Imam Thabary rahimahullāh mengatakan:

"Iyya kana' budu, adalah tujuan. Hanya kepada Allāh kami beribadah. Dan, iyya kanas ta'in, adalah sarana (jembatanya, jalannya)."

Artinya, anda tidak akan bisa beribadah kepada Allāh kalau anda tidak ditolong oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Nggak bisa, nggak bisa, hanya sekedar teori nggak bisa.

Masih ingat apa yang terjadi di perang Hunain, ketika fase pertama, kita kalah oleh musuh?

Dan Allāh berfirman dalam surat At Taubah ayat 25:

لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ

"Allāh telah menolong kalian di berbagai macam peperangan (Allāh yang tolong kalian, kata Allāh). Dan ingatlah, apa yang terjadi di perang Hunain, ketika sebagan kalian (segelintir kalian) ujub, mengandalkan banyaknya pasukan kalian (mengandalkan kekuatan militer kalian lupa bahwa selama ini anda ditolong oleh Allāh)."

K a l a h.

Padahal di dalam pasukan itu pakar-pakar perang semua, di dalam pasukan tersebut ada Rasullullāh shallallāhu 'alaihi wasallam, panglima perang nomer satu di dunia.

Ada Abu Bakar Ash Shdidiq, 'Umar bin Khatbab, 'Ustman bin Affan dan ada 'Ali bin Abi Thalib, namun gara-gara segelintir yang ujub, bukan Nabi yang ujub, maka satu pasukan kalah, padahal mereka adalah pakar.

Kita sudah sepakat, testimoni tentang kita:

√ kita bukan pakar puasa,
√ kita bukan pakar tahajjud,
√ kita bukan pakar baca Al Qur'an.

Lalu kita masuk Ramadhan hanya mengandalkan pengalaman kita?

Kalah, nggak bisa.

Minta kepada Allāh, berdoa agar Allāh mudahkan, agar Allāh lancarkan, agar Allāh kuatkan mata kita untuk begadang membaca Al Qur'anul karim.

Kalau nggak?

Nggak bisa, susah, jangan mengandalkan kemampuan kita. Andalkan kemampuan Allāh Subhānahu wa Ta'āla

Nabi mendidik kita, disetiap hari 2 kali kita diminta membaca doa:

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

"Wahai Allāh yang maha hidup dan mengatur kehidupan seluruh alam semesta ini, dengan rahmat-Mu aku meminta keselamatan, perbaiki segala urusanku (shalatku, dzikirku, puasaku dan seterusnya) dan jangan biarkan aku bertumpu pada diriku walaupun sekejap mata."

Ini Nabi lho yang membaca pertama kali. Nabi nggak mau bertumpu dengan dirinya.

Lalu kita masuk Ramadhan dengan bertumpu dengan kedua kaki kita yang keropos ini?

Nggak bisa.

Nabi, yang apabila shalat tahajjud sampai kaki Beliau bengkak, saking lamanya shalat, nggak bisa dan minta pertolongan pada Allāh.

Jangan masuk Ramadahan hanya mengandalkan ilmu kita, pengalaman kita, nggak bisa.

Walaupun pengalaman kita puluhan tahun, (hendaknya) seakan akan kita baru pertama kali. Kita membutuhkan bimbingan dari Al 'Alim, Al Khabir, Arrahman, Arrahim.


Bagian 5

Senin, 30 Mei 2016

Pertanyaan Qodho’ Puasa Ramadhan



Dari: Edh
Pertanyaan: Assalamu'alaikum, saya ingin tanya, jika seorang wanita berpuasa krn mmbayar puasa thn lalu, atau puasa qadha, sampai 1 hari menjelang ramadhan, apakah masih boleh?
Jawab (Muhammad Abduh Tuasikal): Wa'alaikumussalam. Masih boleh.

-----------
Dari: Ferry SH
Pertanyaan: Assalamu'alikum Ustad, saya ingin brtnya ,, apakah d perbolehkn berpuasa 5 atau 6 hari sblum mmasuki bukan Ramadhan ? trimakassih seblumnya
Jawab (Muhammad Abduh Tuasikal): Wa'alaikumussalam. Boleh, asal tidak satu atau dua hari sebelum Ramadhan.

-------------
Dari: Elfian Riyanti
Pertanyaan: Jd melakukan dhaum qodho 2 hr sebelum ramadhan gak boleh yaaa ustadz??
Jawab (Muhammad Abduh Tuasikal): Masih boleh. Wallahu a'lam.

-------------
Dari : Rini
Pertanyaan: Assallammuallaikum ustad, hanya ingin meyakinkan kalau saya mau puasa qodho satu minggu sebelum puasa berarti tidak dilarang kan ya? Terima kasih sebelumnya
Jawab (Muhammad Abduh Tuasikal): Waalaikumussalam. Kalau ada sebab spt itu, maka tdk ada larangan.

----------

  Larangan Berpuasa Satu atau Dua Hari Sebelum Ramadhan

Ada ilmu yang mesti diperhatikan sebelum melaksanakan puasa Ramadhan. Ada larangan yang berisi perintah untuk tidak berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan. Karena ada yang punya tujuan melaksanakan puasa sebelum itu untuk hati-hati atau hanya sekedar melaksanakan puasa sunnah biasa.

Hadits yang membicarakan hal ini disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom hadits no. 650 sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

لاَ تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلاَ يَوْمَيْنِ إِلاَّ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ

“Janganlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan kecuali seseorang yang punyakebiasaan puasa, maka bolehlah ia berpuasa.” (HR. Bukhari no. 1914 dan Muslim no. 1082).

Beberapa faedah dari hadits di atas:

1- Dalil ini adalah larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan karena ingin hati-hati dalam penentuan awal Ramadhan atau hanya ingin melaksanakan puasa sunnah biasa (puasa sunnah mutlak).

2- Larangan di sini adalah larangan haram, menurut pendapat lebih kuat karena hukum asal larangan demikian sampai ada dalil yang menyatakan berbeda.

3- Dikecualikan di sini kalau seseorang yang punya kebiasaan puasa tertentu seperti puasa Senin Kamis, atau puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak puasa), kalau dilakukan satu atau dua hari sebelum Ramadhan, maka tidaklah mengapa.

4- Begitu pula dikecualikan jika seseorang ingin melaksanakan puasa wajib, seperti puasa nadzar, kafaroh atau qodho’ puasa Ramadhan yang lalu, itu pun masih dibolehkan dan tidak termasuk dalam larangan hadits yang kita kaji.

5- Hikmah larangan ini adalah supaya bisa membedakan antara amalan wajib (puasa Ramadhan) dan amalan sunnah. Juga supaya kita semakin semangat melaksanakan awal puasa Ramadhan. Di samping itu, hukum puasa berkaitan dengan melihat hilal (datangnya awal bulan). Maka orang yang mendahului Ramadhan dengan sehari atau dua hari puasa sebelumnya berarti menyelisihi ketentuan ini.

6- Ada hadits yang berbunyi,

إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلاَ تَصُومُوا

“Jika sudah mencapai separuh dari bulan Sya’ban, janganlah kalian berpuasa.“ (HR. Abu Daud no. 2337). 

Hadits ini seakan-akan bertentangan dengan hadits yang sedang kita kaji yang menyatakan larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan. Artinya, puasa sebelum itu masih boleh meskipun setelah pertengahan Sya’ban. 

Dan sebenarnya, hadits ini pun terdapat perselisihan pendapat mengenai keshahihannya. Jika hadits tersebut shahih, maka yang dimaksudkan adalah larangan puasa sunnah mutlak yang dimulai dari pertengahan bulan Sya’ban. 

Adapun jika seseorang punya kebiasaan puasa seperti puasa Senin-Kamis, puasa Daud, atau ingin menyambung puasa Sya’ban karena separuh pertama melakukannya, begitu pula karena ingin mengqodho’ puasa Ramadhan, maka seperti itu tidaklah masuk dalam larangan berpuasa setelah pertengahan Sya’ban.

7- Islam memberikan batasan dalam melakukan persiapan sebelum melakukan amalan sholih seperti yang dimaksudkan dalam hadits ini untuk puasa Ramadhan.

Semoga sajian singkat di sore ini bermanfaat bagi pengunjung Rumaysho.Com sekalian sebagai persiapan ilmu sebelum Ramadhan. Wallahu waliyyut taufiq.

Referensi:

Fathu Dzil Jalali wal Ikrom bi Syarh Bulughil Marom, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, terbitan Madarul Wathon, 7: 18–27.
Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom, Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan ketiga, tahun 1432 H, 5: 7–8.
@ Puncak, Hotel Parama saat Dauroh Syaikhuna Sa’ad Asy Syatsri, 16 Sya’ban 1434 H

Artikel Rumaysho.Com