Tampilkan postingan dengan label Hadist. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hadist. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 April 2021

Keberkahan Usia Dengan Menulis

Hari: Sabtu, 5 Ramadhan 1442 H

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Alhamdulillaahil-ladzii bini’matihi tatimmush-saalihaat

"Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala amal shalih sempurna.”

Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada sebaik - baik Nabi dan Rasul, Nabi kita Muhammad ﷺ kepada keluarga dan juga seluruh sahabat Beliau ﷺ. Amma ba'du

Imam Malik rahimahullahu berkata dalam sebuah syair:

العلمُ صيدٌ والكتابةُ قَيْدُه ***  قَيِّدْ صُيودَك بالحِبَالِ المُوثِقَهْ

“Ilmu bagaikan binatang buruan, dan menulis adalah pengikatnya *** Ikatlah binatang buruanmu dengan tali-tali yang kuat”.

Membaca adalah Syari'at, maka menulis menjadi wasilahnya

Budaya menulis, telah dimulai sejak zaman para Nabi sebagaimana keterangan dari Rasulullah ﷺ, orang yang pertama kali menulis ilmu pengetahuan setelah Nabi Adam 'alayhissalam, adalah Nabi Idris 'alayhissalam. Beliau diberi nama “Idris” karena beliau adalah Nabi yang yudarrisu al-kutub (mengajarkan al-kitab). Nabi Nuh menuliskan diiwan (catatan) dalam bahtera beliau. Bahkkan Allah juga menuliskan Taurat untuk Nabi Musa, “dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu…” (QS. Al-A’raf: 145).

Penulisan mushaf al-Quran yang dilakukan pada masa Abu Bakar dan Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhuma juga pembukuan hadis pada masa Umar bin Abdul Aziz rahimahullahu juga merupakan salah satu upaya untuk mencatat ilmu pengetahuan.

Sosok Cerdas Sahabat Mulia: Abdullah Bin Abbas radhiyallahu 'anhu

Seperti halnya salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ yaitu Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu yang luas ilmu pengetahuanya. Ibnu Abbas sangat menyukai ilmu pengetahuan. Dia mengabdikan dirinya untuk memahami, menghafal, dan mempelajari banyak ilmu.

Sejak kecil Ibnu Abbas memiliki kecenderungan terhadap ilmu, terlihat dari semangatnya dalam menuntut ilmu. Ia gemar bertanya, mencatat dan menghafal, sebabnya tak pernah terlewat satu haripun Ia luput dari majelis bersama Rasulullah ﷺ.

Saat dewasa Ia menjadi orang yang paling berpengetahuan tentang Tafsir Al-Qur'an dan aturan Sunnah. Banyak orang-orang datang ke Ibnu Abbas untuk mempelajari ajaran agama darinya.

Ia tidak hanya menumpahkan perhatian terhadap pengumpulan ilmu pengetahuan semata, tetapi juga meneliti dan menyelidiki sumber-sumbernya. Suatu saat dia pernah bercerita mengenai dirinya, “Jika aku ingin mengetahui tentang suatu masalah, aku akan bertanya kepada 30 shahabat.” maa syaa Allaah.

Demikianlah Ibnu Abbas bertanya, bertanya, dan bertanya, lalu mengkaji jawaban dan menganalisanya. Pernah suatu ketika Ibnu Abbas ditanya, “Bagaimana anda mendapatkan ilmu ini?” “Dengan lidah yang suka bertanya dan akal yang suka berpikir”, jawabnya.

Di usianya yang ke-71 tahun, Allah Subhanahu wa ta'ala memanggilnya. Saat itu umat Islam benar-benar kehilangan seorang dengan kemampuan dan pengetahuan yang luar biasa. "Hari ini telah wafat ulama umat," kata Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menggambarkan rasa kehilangannya. Wallahu a'lam

Keberkahan usia Syaikh Muhammad Ali ash Shobuni rahimahullahu


Wafat dalam usia 91 tahun merupakan keberkahan tersendiri bagi syaikh Muhammad Ali Ash Shobuni. Umur yang terbentang panjang membuatnya mampu menyelesaikan banyak karya berkelas. Lebih dari 50 karya tulis telah dirampungkannya. 

Termasuk karyanya yang monumental yaitu kitab tafsir Shofwatu Tafaasir dan al Mawarits fis Syaria'ah al Islamiyyah, yang menjadi referensi sekaligus bahan ajar di berbagai pesantren dan perguruan tinggi di Indonesia.

Adalah putranya yang bernama Anas pernah menceritakan, bahwa setelah sekian lama membersamai ayahnya, ia mendapati suatu kebiasaan unik yang dilakukan oleh 'waalid' kebanggaannya itu. Kebiasaan itu adalah setiap kali ayahnya memulai untuk menulis sesuatu, ia tidak segera langsung menuntaskannya, akan tetapi ia malah memulai untuk menulis sesuatu yang lain. 

Merasa heran dan takjub dengan apa yang diperbuat ayahnya, ia memberanikan diri bertanya kepada ayahnya, "Wahai ayahku,  kenapa engkau memulai tulisan yang baru, sedangkan tulisan sebelumnya belum engkau tuntaskan?"

Sang ayahpun tersenyum lalu tertawa. Ia jawab pertanyaan anaknya, "Wahai anakku, ini adalah rahasia antara aku dengan Rabku".

Sang anakpun semakin penasaran, "Wahai ayahku, sampaikanlah kepadaku, apa rahasia itu?"

Akhirnya sang ayahpun menceritakan perihal rahasianya itu kepada anaknya, "Yaa waladii, aku senantiasa berdoa kepada Allah agar Ia tidak mengambil amanah yang ada dipundakku sebelum aku menyelesaikannya. Dan seluruh karya tulis ini adalah amanahku. Aku berharap agar Allah senantiasa mengulurkan dan memanjangkan umurku sampai aku mampu menyelesaikan semuanya".

رحم الله شيخنا وأسكنه فسيح جنته...

Mari terus semangat untuk berkarya. Jangan pernah lari dari memikul amanah. Siapa tahu itu yang menjadikan Allah Ta'ala ridha, sehingga Ia biarkan jantung kita terus-menerus berdetak, paru paru kita terus  berfungsi, dan senantiasa memberkahi setiap deret waktu yang kita lalui sepanjang hidup ini.

عن أبي صفوان عبد الله بن بُسر الأسلمي رضي الله عنهما قال: قال رسول الله  ﷺ: خير الناس من طال عمره، وحسن عمله. (رواه الترمذي)

Dari Abu Shofwan Abdullah bin Busr al Aslami radhiyallahu 'anhu: Rasulullah ﷺ bersabda: Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya. (HR. Tirmidzi).

Wallahu waliyyut taufiq

Senin, 18 Mei 2020

Raihlah Pahala Besar Dalam Pahala Muta'addi


Amalan muta’addi adalah amalan yang manfaatnya untuk orang lain, sedangkan amalan qaashir, manfaatnya untuk diri sendiri.
Sekarang kita akan melihat dalil yang menunjukkan bahwa amalan muta’addi itu pahalanya lebih besar dari amalan qaashir.

Allah Ta’ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3).
Agar selamat dari kerugian, maka harus memenuhi empat hal: (1) beriman, (2) beramal saleh, (3) saling menasihati dalam kebenaran yaitu dalam beriman dan beramal saleh, (4) saling menasihati untuk sabar, yaitu sabar dalam ketaatan, sabar dari berbuat maksiat, dan sabar menghadapi takdir yang tidak menyenangkan. Dua perkara pertama adalah untuk menyempurnakan diri sendiri, sedangkan dua perkara yang berikutnya adalah untuk menyempurnakan orang lain. Menyempurnakan empat hal ini berarti akan membuat seseorang selamat dari kerugian dan akan meraih keberuntungan yang besar. Oleh karena itu, selamatnya manusia dari kerugian tergantung pada bagaimanakah ia memberi manfaat pada yang lain dengan menasihati untuk berbuat baik dan menasihati untuk sabar. Lihat Utruk Atsaran Qabla Ar-Rahiil, hlm. 11.
Dalil lainnya:

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا
Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al-Jaami’ no. 176).
Lihatlah memenuhi hajat orang lain dibandingkan dengan amalan iktikaf. Memenuhi hajat orang lain termasuk amalan muta’addi, lebih besar pahalanya dibanding dengan amalan iktikaf yang merupakan amalan qaashir. 
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أُمِّ مَعْبَدٍ حَائِطًا فَقَالَ يَا أُمَّ مَعْبَدٍ مَنْ غَرَسَ هَذَا النَّخْلَ أَ مُسْلِمٌ أَمْ كَافِرٌ فَقَالَتْ بَلْ مُسْلِمٌ قَالَ فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلاَ دَابَّةٌ وَلاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasuki kebun Ummu Ma’bad, kemudian beliau bersabda, “Wahai Ummu Ma’bad, siapakah yang menanam kurma ini, seorang muslim atau seorang kafir?” Ummu Ma’bad berkata, “Seorang muslim.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu dimakan oleh manusia, hewan atau burung kecuali hal itu merupakan shadaqah untuknya sampai hari kiamat.” (HR. Muslim, no. 1552)
Pada riwayat Muslim yang lain disebutkan,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
Tidaklah seorang muslim menanam tanaman melaikan apa yang dimakan dari tanaman tersebut akan menjadi sedekah baginya. Apa yang dicuri dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Apa yang dimakan oleh binatang buas dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Apa yang dimakan oleh seekor burung dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Tidaklah dikurangi atau diambil oleh seseorang dari tanaman tersebut kecuali merupakan sedekahnya.” (HR. Muslim, no. 1552)
Semoga bermanfaat

Sumber : rumaysho.com

Minggu, 17 Mei 2020

Kalimat Terbaik Untuk Anak Kita

بسم الله

Segala puji bagi Allah, Rabb yang berhak disembah. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman

Kita ketahui semakin majunya zaman, semakin jahiliyah manusianya terutama dalam BAB akhlaq. Padahal jelas Nabi Kita Rosulullah  
telah mencontohkan umatnya untuk senantiasa berakhlaq mulia, diantaranya ialah berkata baik.
Mari kita koreksi diri kita mengenai berkata / bertutur baik ini, dalam skala kecil di dalam rumah tangga. 

Seorang Ibu adalah madrasah bagi anaknya, nah bagaimana tutur yang baik seorang ibu terhadap anaknya. Semua paham bahwa ibu dengan segala aktivitasnya 24 jam full dirumah, apalagi ia harus mentransfer akhlaq yang baik kepada anak-anaknya.

Disamping hati dan fikiran yang labil dihadapkan anak yang super gemeess dengan segala tingkah lucunya, nah bisakah Ibu sekalian (termasuk saya) bisa tetap di zona aman dalam berkata baik?

Terinspirasi dari seorang ummahat (ummu salman) , saya selaku Ibu pembelajar yang fakir ilmu ini mengutip tulisan beliau, semoga bisa kita terapkan dirumah dalam membersamai anak dengan segala aktivitasnya. Dan apa saja kalimat baik yang bisa diterapkan itu? (Silahkan nikmati tulisan hikmahnya)

Bismillaah.. 

"Kalimat Terbaik Untuk Anak Kita"

Ketika anak kita marah atau tantrum ucapkanlah :
Semoga Allah Ta’ala memberimu petunjuk”, ucapkanlah dengan tenang tanpa kemarahan.
Ketika anak kita mengadu bahwa dia jatuh dan mendatangi kita dengan menangis ucapkanlah :
“Innalillahi, Allah Ta’ala telah mentakdirkan, dan apa yang Allah kehendaki akan Allah lakukan. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala”, sambil memberikan ia pelukan.
Ketika anak kita berbuat kebaikan sekecil apapun itu ucapkanlah:
” Barokallah, Semoga Allah Ta’ala memberimu kebaikan”, ucapkanlah dengan kelembutan dan senyum termanis, kemudian tambahkan dengan ucapan terima kasih padanya.
Ketika kamar anak berantakan, mainan berserakan atau badan anak kotor setelah main-main ucapkanlah :
Mari kita bersihkan kamarmu/bersihkan pakaianmu / bersihkan badanmu karena sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan”.
Jika anak sudah mandiri maka biarkan ia kerjakan sendiri, bila masih balita lakukan secara bersama-sama untuk membangun Kebersamaan dan memberinya contoh.
Ketika anak berkelahi dan mencelah temannya ucapkanlah :
Semoga Allah Ta’ala memaafkanmu, dan maafkanlah saudaramu”, agar ia mendapatkan kebaikan, dan tentunya masalah anak dan temannya tetap kita mediasi.
Dan masih banyak lagi ucapan-ucapan baik serta doa yang bisa kita berikan kepada Anak kita dalam setiap kejadian. Agar dalam setiap kejadian ia bisa tetap mengikatkan hatinya kepada Allah agar terjaga fitrahnya.
Kita berharap kepada Taufik Allah, bimbingan Allah selalu hadir bersama kita dan anak-anak kita.
Maka semua dimulai dari perkataan kita..jangan sampai ada doa kejelekan untuk anak kita.
Allahu A’lam..
Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam mendidik anak-anak kita
~Tulisan sahabat dumayku: Ambi Ummu Salman

Minggu, 04 Februari 2018

Mukjizat Al Qur’an tentang Struktur Kimiawi Madu (Bag. 1)

KAP MUI 04.02.2018/18 Jumadil Awal 1439H
Oleh: Ustadz.Dr.rer.net.Agustino Zulys,.M.Sc.



Yuk mempertebal keimanan dengan mendalami ayat kauniyah!

Allah 'Azza Wa Jalla memberikan ilmuNya antara lain melalui dua cara, yaitu melalui ayat-ayat qauliyah (wahyu yang diturunkan dengan perantaraan malaikat Jibril kepada RasulNya Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, yaitu Al-Quran) dan ayat-ayat kauniyah (alam beserta segala isinya baik yang kecil (mikrokosmos) ataupun yang besar (makrokosmos) untuk menegaskan dan membuktikan kebenaran ayat-ayat qauliyah).

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?“ (QS. Fush Shilat [41]:53 )

Antara ayat qauliyah dan kauniyah senantiasa berhubungan erat. Artinya, semua ilmu Allah Ta’ala yang terbentang pada penciptaan alam semesta (ayat kauniyah) telah dituangkan pula di dalam Al-Quran (ayat qauliyah).

“Dan pada penciptaan kamu dan pada binatang-binatang melata yang bertebaran di muka bumi terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah untuk kamu yang meyakini.” (QS Al-Jatsiyah ayat 4).

Melalui bukti-bukti tersebut, Allah swt tak hanya menegaskan akankekuasaanNya, tetapi juga menjadi isyarat bagi manusia untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, merenungkan, mempelajari, lalu mengambil kesimpulan terhadap penciptaanNya. Sungguh, tidak ada satupun penciptaan Allah 'Azza Wa Jalla yang sia-sia, bahkan daun kering yang jatuh ke tanah pun mengandung hikmah dan alasan. Dan diharapkan untuk menjadi akhir dari semua proses ini, adalah semakin mempertebal keimanan manusia terhadap Allah Ta’ala.

Semoga kita termasuk hamba-hambaNya yang senantiasa meyakini kebenaran ayat-ayatNya dan terus menimba ilmu setinggi-tingginya demi menggali hikmah dan pelajaran dari setiap penciptaanNya, sehingga akan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah 'Azza Wa Jalla.


Rabu, 02 Agustus 2017

Zionis Ingin Hancurkan Al Aqsha (Bagian 1)


Apa yang mereka lalukan untuk Palestina? #zionis

Mereka meyakinin ada Temple (Kuil) King Solomon..

Temple of King Solomon tepat dibawah Masjidil Aqsha

Apa maknanya?

Mereka terus mengeruk setiap hari ,,
bulldozer, tractor, excavator
terus mengeruk keliing masjidil Aqsha..
Mereka ingin meruntuhkan Masjidil Aqsha

solomon's temple search image google

Inilah Replikanya Kerjaaan Sulaiman di Masjidil Aqsha
akan mereka naikan
mereka sudah bangun rurmah kecil replikanya...

Artinya mereka ingin mengahcurkan Masjidil Aqsha berkeping
sampai akhirnya disitulah kemarahan umat islam….

Tapi akan ada hamba-hamba Allah…
“Akan tetap ada sekelompok umatku yang akan memperjuangkan agama ini”

حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ وَحَجَّاجُ بْنُ الشَّاعِرِ قَالَا حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Telah menceritakan kepadaku [Harun bin Abdullah] dan [Hajjaj bin As Sya'ir] keduanya berkata; telah menceritakan kepada kami [Hajjaj bin Muhammad] dia berkata; [Ibnu Juraij] berkata; telah mengabarkan kepadaku [Abu Az Zubair] bahwa dia pernah mendengar [Jabir bin Abdullah] berkata, "Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Senantiasa ada sekelompok dari ummatku yang selalu menang memperjuangkan kebenaran sampai hari Kiamat." { HR. Muslim: 3547 }


Kaum Yahudi memang yakin benda-benda tersebut masih berada di bawah kompleks Masjid Al Aqsha. Sejak tahun 1099 mereka menggali pondasi Masjidil Aqsha dan hal itu terus dilakukan hingga hari ini(!), namun benda yang dicari tidak ada juga. Lebih sembilan abad menggali namun benda yang dicari tidak ada juga. Saya yakin jika alasan mereka untuk mencari benda-benda itu dusta belaka.

Mereka sesungguhnya ingin merubuhkan Masjidil Aqsha dan menggantinya dengan pembangunan kuil ketiga mereka di atas reruntuhan pondasi Masjidil Aqsha yang telah hancur. Sebab itu menjadi kewajiban, fardhu’ain bagi kaum Muslim seluruh dunia untuk melawan Zionis-Yahudi, termasuk melawan seluruh sekutunya seperti halnya kaum Neo-Liberal dan semua pendukungnya

Wallahu’alam bishawab.

lanjut Bagian 2



Kutipan dari Ceramah Alasan Yahudi Hancurkan Masjidil Aqsha – Ustdz. Abdull Somad

Senin, 03 Juli 2017

Yuk Puasa Syawal


*29 hari + 6 hari = 1 tahun*
Bingung??

Mari kita simak penjelasannya,
Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan lalu ia lanjutkan dengan puasa 6 hari di bulan Syawwal, niscaya ia mendapat pahala seperti puasa 1 tahun penuh."
(HR. Muslim)

Dalam HR. An Nasa'i, Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- menguraikan:
"ALLAH menjadikan kebaikan menjadi 10 kali lipat, maka puasa 1 bulan (Ramadhan) bernilai 10 bulan dan puasa 6 hari setelah 'Iedul Fitri (di bulan Syawwal) menyempurnakannya menjadi 1 tahun."

Saudaraku,
Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa *satu hari* di jalan ALLAH, niscaya ALLAH akan jauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 puluh tahun perjalanan."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jika itu keutamaan puasa satu hari, maka silahkan bayangkan bagaimana pahala puasa selama satu tahun penuh??

Saudaraku...
Tahukah anda penjelasan banyak ulama (diantaranya ulama madzhab Syafi'i) tentang hal ini?

Ternyata pahala puasa 1 tahun penuh tersebut adalah *pahala puasa wajib.*
Maksudnya?

Ya, puasa 6 hari di bulan Syawwal merupakan *puasa sunnah*, namun *pahalanya senilai dengan puasa wajib, layaknya puasa Ramadhan.*
Masih ada banyak waktu... hanya 6 hari dari 29/30 hari...

Bisa di awal atau di pertengahan atau di akhir bulan Syawwal, bisa berturut-turut atau tidak.

Pahala puasa 1 tahun penuh itu sudah sangat dimudahkan, saudaraku...

Referensi:
I'anatut Thaalibiin 2/268, Tuhfatul Habiib 3/155, Tuhfatul Muhtaj 14/69, Fathul Wahhab 2/351, Mughnil Muhtaj 1/447, Nihayatul Muhtaj 3/208, Al Inshaf 3/344, Kasysyaaful Qina' 2/337 dan lain-lain.

Rabu, 24 Mei 2017

Kaum Sodom Bangkit Lagi Lewat LGBT

Dahulu hubungan seksual itu dengan lawan jenis. Itulah hubungan yang normal dan wajar. Bukan SSA (Same Sex Attraction) seperti yang dilakukan kaum homo dan lesbian saat ini. Bahkan saat ini perilaku LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender) terus didukung. Bahkan di Amerika hubungan mereka dilegalkan, nikahnya pun teranggap. Padahal sebenarnya perilaku LGBT sejatinya cuma kebangkitan dari perilaku kaum Sodom dahulu di masa Nabi Luth.



Nabi Luth dan Kaum Sodom

Perlu diketahui hubungan seksual sesama jenis barulah ada di masa Nabi Luth dan tidak ada sebelumnya. Luth sendiri adalah putera dari Haran bin Azar. 

Luth adalah putera dari saudara laki-laki dari Nabi Ibrahim -khalilullah (kekasih Allah)-. Artinya, Nabi Luth adalah keponakan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Di samping sebagai keponakan, Luth juga banyak mengambil ilmu dari Ibrahim.

Nabi Luth beriman bersama Nabi Ibrahim dan berhijrah bersama Ibrahim ke Syam. Adapun Nabi Luth diutus pada kaum Sadum (Sodom) dan beberapa negeri yang ada di sekitarnya. (Lihat Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4: 59 dan Qishash Al-Anbiya’, hlm. 131)

Nabi Luth Mendakwahi Perilaku LGBT

Misi Nabi Luth adalah mendakwahi kaumnya untuk mentauhidkan Allah. Beliau juga mengajarkan kebaikan dan melarang dari kemungkaran.

Yang beliau ingatkan keras pada kaumnya ketika itu mengenai perilaku mereka yang tidak pernah ditemukan pada masa-masa sebelumnya, yaitu suka sesama jenis.

Sebelumnya keturunan Nabi Adam tidak pernah punya ketertarikan pada hubungan seksual semacam itu. Barulah datang masa Nabi Luth, perilaku tidak normal semacam itu dilakukan oleh kaum Sodom. Oleh karena itu, di dalam ayat Al-Qur’an disebutkan,

وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ ، إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ

“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?” Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Al A’raf: 80-81)

‘Amr bin Dinar menyatakan tentang ayat di atas, maksudnya perzinaan antara sesama lelaki belum ada sebelumnya sampai diperbuat oleh kaum Luth. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4: 59)

LGBT itu Perilaku Seksual yang Aneh dan Tidak Normal

Al-Walid bin ‘Abdul Malik, Khalifah Al-Umawi pernah berkata, “Seandainya Allah tidak mengisahkan kisah Luth (dan kaumnya, pen.), tentu aku sendiri tak bisa berpikir bagaimana laki-laki bisa main di atas laki-laki (maksudnya: bagaimana mungkin laki-laki bisa berhubungan seks dengan sesamanya).” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4: 59)

Artinya, Al-Walid tidak bisa membayangkan kenapa bisa ada hubungan percintaan seperti itu. Karena memang hubungan cinta itu seperti itu terbilang aneh. Oleh karenanya, perbuatan kaum Luth disebut melampaui batas sebagaimana dalam ayat,

إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ

“Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 81)

Dalam ayat lain disebutkan,

أَتَأْتُونَ الذُّكْرَانَ مِنَ الْعَالَمِينَ , وَتَذَرُونَ مَا خَلَقَ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ عَادُونَ

“Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Asy Syu’ara: 165-166)

Disebut melampaui batas karena mereka tidak menyukai wanita. Padahal wanita sudah diciptakan sebagai pasangan bagi pria. Itulah bentuk melampaui batas dan kejahilan mereka karena mereka telah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4: 59)

Para ulama pakar tafsir menyatakan, di masa Nabi Luth, laki-laki saat itu hanya suka dengan sesamanya. Begitu pula perempuan. (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 4: 60)
Hal ini sama seperti yang terjadi pada komunitas LGBT yang saat ini ada.

Lanjut ke bagian Kaum Sodom Bangkit Lagi Lewat LGBT (Bagian 2)

Jumat, 17 Februari 2017

Amalan Istimewa di Hari Jumat



Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in.

Dalam tulisan kali kami akan memberikan pembahasan mengenai amalan-amalan istimewa di hari Jum’at yang penuh berkah yang bisa dimanfaatkan oleh setiap muslim sebagai tabungan pahala baginya di hari kiamat yang hanya bermanfaat amalan.

----------------------------------------------------------------
Pertama: Terlarang mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat dan siang harinya dengan berpuasa
-----------------------------------------------------------------

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِى وَلاَ تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الأَيَّامِ إِلاَّ أَنْ يَكُونَ فِى صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ

“Janganlah mengkhususkan malam Jum’at dengan shalat tertentu dan janganlah mengkhususkan hari Jum’at dengan berpuasa kecuali jika berpapasan dengan puasa yang mesti dikerjakan ketika itu.”[1]
An Nawawi rahimahullah mengatakan, 

“Dalam hadits ini menunjukkan dalil yang tegas dari pendapat mayoritas ulama Syafi’iyah dan yang sependapat dengan mereka mengenai dimakruhkannya mengerjakan puasa secara bersendirian pada hari Jum’at. Hal ini dikecualikan jika puasa tersebut adalah puasa yang berpapasan dengan kebiasaannya (seperti berpapasan dengan puasa Daud, puasa Arofah atau puasa sunnah lainnya, pen), ia berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya, berpapasan dengan puasa nadzarnya seperti ia bernadzar meminta kesembuhan dari penyakitnya. Maka pengecualian puasa ini tidak mengapa jika bertepatan dengan hari Jum’at dengan alasan hadits ini.”[2]

------------------------------------------------------------
Kedua: Ketika shalat Shubuh di hari Jum’at dianjurkan membaca Surat As Sajdah dan Surat Al Insan
--------------------------------------------------------------
Sebagaimana terdapat dalam hadits Abu Hurairah, beliau berkata,


“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca pada shalat Shubuh di hari Jum’at “Alam Tanzil …” (surat As Sajdah) pada raka’at pertama dan “Hal ataa ‘alal insaani hiinum minad dahri lam yakun syai-am madzkuro” (surat Al Insan) pada raka’at kedua.”[3]

Catatan: Maksud membaca surat As Sajdah adalah membaca suratnya bukan memaksudkan untuk mengkhususkan ketika itu dengan surat yang ada ayat sajdahnya sebagaimana hal ini disalah pahami olehsebagian orang. 

Sehingga tidak perlu mencari surat-surat lain yang terdapat ayat sajdah dan dibaca ketika Shalat Shubuh pada hari Jum’at. Ini sungguh salah dalam memahami hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cukup perkataan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berikut sebagai nasehat,

اتَّبِعُوا، وَلا تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ، كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ

“Ikutilah (petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen), janganlah membuat bid’ah. Karena (sunnah) itu sudah cukup bagi kalian. Semua bid’ah adalah sesat.”[4]

-------------------------------------------------------------
Ketiga: Memperbanyak shalawat Nabi di hari Jum’at
--------------------------------------------------------------

Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً

“Perbanyaklah shalawat kepadaku  pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.”[5]

----------------------------------------------------
Keempat: Dianjurkan membaca Surat Al Kahfi
----------------------------------------------------

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن من قرأ سورة الكهف يوم الجمعة أضاء له من النور ما بين الجمعتين
“Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, maka ia akan disinari oleh cahaya di antara dua jum’at”[6]. Dalam lafazh lainnya dikatakan,

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ.
“Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at, maka ia akan mendapat cahaya antara dirinya dan rumah yang mulia (Mekkah).”[7]

Juga dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
من قرأ سورة الكهف كما أنزلت ، كانت له نورا يوم القيامة من مقامه إلى مكة ، ومن قرأ عشر آيات من آخرها ثم خرج الدجال لم يسلط عليه ، ومن توضأ ثم قال : سبحانك اللهم وبحمدك لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك كتب في رق ، ثم طبع بطابع فلم يكسر إلى يوم القيامة

“Barangsiapa membaca surat Al Kahfi sebagaimana diturunkan, maka ia akan mendapatkan cahaya dari tempat ia berdiri hingga Mekkah. Barangsiapa membaca 10 akhir ayatnya, kemudian keluar Dajjal, maka ia tidak akan dikuasai. 

Barangsiapa yang berwudhu, lalu ia ucapkan: Subhanakallahumma wa bi hamdika laa ilaha illa anta, astagh-firuka wa atuubu ilaik (Maha suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau, aku senantiasa memohon ampun dan bertaubat pada-Mu), maka akan dicatat baginya dikertas dan dicetak sehingga tidak akan luntur hingga hari kiamat.”[8]

Dari hadits-hadits di atas menunjukkan dianjurkannya membaca surat Al Kahfi, bisa dilakukan pada malam Jum’at atau siang hari di hari Jum’at.

-------------------------------------------------------
Kelima: Memperbanyak do’a di hari Jum’at
------------------------------------------------------

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membicarakan mengenai hari Jum’at lalu ia bersabda,

فِيهِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ ، وَهْوَ قَائِمٌ يُصَلِّى ، يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ
“Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut.[9]

Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari ketika menjelaskan hadits ini beliau menyebutkan 42 pendapat ulama tentang waktu yang dimaksud. Namun secara umum terdapat 4 pendapat yang kuat.

Pendapat pertama, yaitu waktu sejak imam naik mimbar sampai selesai shalat Jum’at, berdasarkan hadits:

هي ما بين أن يجلس الإمام إلى أن تقضى الصلاة
“Waktu tersebut adalah ketika imam naik mimbar sampai shalat Jum’at selesai”[10]. Pendapat ini dipilih oleh Imam Muslim, An Nawawi, Al Qurthubi, Ibnul Arabi dan Al Baihaqi.

Pendapat kedua, yaitu setelah ashar sampai terbenamnya matahari. Berdasarkan hadits:

يوم الجمعة ثنتا عشرة يريد ساعة لا يوجد مسلم يسأل الله عز وجل شيئا إلا أتاه الله عز وجل فالتمسوها آخر ساعة بعد العصر
“Dalam 12 jam hari Jum’at ada satu waktu, jika seorang muslim meminta sesuatu kepada Allah Azza Wa Jalla pasti akan dikabulkan. Carilah waktu itu di waktu setelah ashar”[11]. Pendapat ini dipilih oleh At Tirmidzi, dan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah. Pendapat ini yang lebih masyhur dikalangan para ulama.

Pendapat ketiga, yaitu setelah ashar, namun diakhir-akhir hari Jum’at. Pendapat ini didasari oleh riwayat dari Abi Salamah. Ishaq bin Rahawaih, At Thurthusi, Ibnul Zamlakani menguatkan pendapat ini.
Pendapat keempat, yang juga dikuatkan oleh Ibnu Hajar sendiri, yaitu menggabungkan semua pendapat yang ada. Ibnu ‘Abdil Barr berkata: “Dianjurkan untuk bersungguh-sungguh dalam berdoa pada dua waktu yang disebutkan”.

Dengan demikian seseorang akan lebih memperbanyak doanya di hari Jum’at tidak pada beberapa waktu tertentu saja. Pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu ‘Abdil Barr.[12]

Semoga bermanfaat.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho

[1] HR. Muslim no. 1144.
[2] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 8/19, Dar Ihya’ At Turots, cetakan kedua, 1392.
[3] HR. Muslim no. 880.
[4] Diriwayatkan oleh Ath Thobroniy dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 8770. Al Haytsamiy mengatakan dalam Majma’ Zawa’id bahwa para perowinya adalah perawi yang dipakai dalam kitab shohih.
[5] HR. Baihaqi dalam Sunan Al Kubro. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan ligoirihi –yaitu hasan dilihat dari jalur lainnya-. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1673.
[6] HR. Hakim. Beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.
[7] HR. Ad Darimi no. 3407. Syaikh Husain Salim Asad mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sampai Abu Sa’id dan mauquf padanya.
[8] HR. Al Hakim (1/564). Syaikh Musthofa Al ‘Adawi mengatakan bahwa hadits ini shahih karena banyak terdapat syawahid (dalil penguat).
[9] HR. Bukhari no. 935 dan Muslim no. 852, dari sahabat Abu Hurairah.
[10] HR. Muslim, 853 dari sahabat Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu
[11] HR. Abu Daud, no.1048 dari sahabat Jabir bin Abdillah Radhiallahu’anhu. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud
[12] Point ini dicuplik dari tulisan saudara kami Yulian Purnama di Buletin At Tauhid.


Sumber : https://rumaysho.com/917-amalan-istimewa-di-hari-jumat.html