Kamis, 26 Mei 2016

Sya'ban Bag. 2

Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc
Materi Tematik | Seputar Bulan Sya'ban


بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته



Alhamdulillāh, shalawat dan salam semoga selalu Allāh berikan kepada Nabi kita Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, pada keluarga beliau, para shahabat serta orang-orang yang mengikuti beliau sampai hari kiamat kelak.

Bapak, Ibu, Saudara-saudari yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Kemudian, hadīts yang kedua yang menunjukkan keutamaan bulan Sya'ban yaitu hadīts yang diriwayatkan Ibnu Mājah dan dihasankan oleh Imām Albani rahimahullāh dari Abū Musa Al 'Asy'ari radhiyallāhu 'anhu, Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa 'ala āllihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

"Sesungguhnya Allāh benar-benar melihat pada malam pertengahan bulan Sya'ban (malam nisfu Sya'ban, malam ke-15), lalu Allāh akan mengampuni seluruh makhluk-Nya, kecuali dua orang (yang tidak diampuni oleh Allāh di malam nisfu Sya'ban) yaitu orang musyrik dan orang musyāhin."

(Hadist riwayata Ibnu Mājah nomor 1380, versi Maktabatu al Ma'arif Riyadh nomor 1390)

Musyāhin diambil dari kata syahna yaitu pertengkaran, perselisihan, perkelahian antara seseorang dengan yang lainnya.

Dua orang ini sajalah yang tidak mendapatkan ampunan dari Allāh pada malam pertengahan bulan Sya'ban.

Dari hadīts ini kita ambil tentang keutamaan bulan Sya'ban, yaitu:

Malam nisfu Sya'ban adalah malam pengampunan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk seluruh makhluk-Nya, kecuali seorang yang musyrik atau seorang yang musyāhin.

Hadīts yang ke-3 yang menunjukkan tentang keutamaan bulan Sya'ban yaitu hadīts yang diriwayatkan Imām Baihaqi dari Abū Sya'laba Al Khusyaini radhiyallāhu, dan hadīts ini juga dihasankan oleh Imām Albani rahimahullāh, Nabi Muhammad Shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ اطَلَعَ اللهُ إِلَى خَلْقِهِ فَيَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنٍ ، وَيُمْلِي لِلْكَافِرِيْنَ ، وَيَدْعُ أَهْلِ الحِقْدِ بِحِقْدِهِمْ حَتَّى يَدَعُوْهُ

"Jika datang malam pertengahan bulan Sya'ban, Allāh menilik kepada makhluk-makhluk-Nya (seluruhnya), lalu Allāh akan mengampuni orang-orang yang beriman dan membiarkan orang-orang kāfir dan meninggalkan orang-orang yang hasad dengan sifat hasadnya sampai mereka meninggalkan sifat hasad tersebut."

(Hadīts riwayat Imām Baihaqī no. 3673)

Jadi, berdasarkan hadīts ini kita ambil pelajaran bahwa keutamaan bulan Sya'ban adalah:

Malam pertengahan bulan Sya'ban, adalah malam pengampunan dari Allāh untuk orang beriman kecuali orang kāfir dan orang yang hasad, orang yang penuh iri dan dengki di dalam dirinya.

Inilah sajalah hadīts shahīh (3 hadīts ) yang berkenaan dengan bulan Sya'ban.

Bapak, Ibu, Saudara-saudari yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Point yang kedua yang berkenaan dengan bulan Sya'ban yaitu:

AMALAN YANG SANGAT DIANJURKAN DI BULAN SYA'BAN

_*(1) Memperbanyak Puasa Sunnah*_

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imām Muslim disebutkan bahwa amalan yang sangat dianjurkan di bulan Sya'ban adalah memperbanyak puasa sunnah.

Memperbanyak di sini :

√ Tidak mesti hari senin-kamis,
√ Tidak mesti juga tanggal 13, 14 dan 15,
√ Tidak mesti juga berpuasa 3 hari di bulan syaban (awal bulan, akhir bulan ataupun pertengahan bulan) Tidak!

Tetapi memperbanyak di sini memperbanyak puasa sunnah secara mutlak, entah itu dari mulai besok rabu, kamis, jum'at terus saja memperbanyak, tidak terbatasi dengan waktu.

Dan mudah-mudahan bisa diamalkan terutama bagi yang berbicara dihadapan Bapak-Ibu sekalian.

Hadits riwayat Imām Muslim:

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ صِيَامِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ صَامَ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَفْطَرَ وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا

Dari Abū Salamah radhiyallāhu, beliau pernah bertanya kepada 'Aisyah radhiyallāhu 'anha tentang puasanya Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa 'ala āllihi wa sallam (setiap harinya puasa sunnahnya bagaimana):

"Sering Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa 'ala āllihi wa sallam berpuasa sampai kami mengira Beliau terus-terusan berpuasa (tidak pernah berbuka) dan sering Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa 'ala āllihi wa sallam berbuka puasa sampai kami mengira beliau terus berbuka (tidak pernah berpuasa)."

Kemudian 'Aisyah radhiyallāhu 'anha bercerita lagi:

"Dan aku belum pernah melihat beliau berpuasa pada satu bulan lebih banyak dari puasa beliau di bulan Sya'ban, Beliau sering berpuasa pada bulan Sya'ban seluruhnya dan Beliau sering berpuasa di bulan Sya'ban kecuali sedikit."

(Hadīts riwayat Muslim no 1957, versi Syarh Muslim no 1156)

Bapak, Ibu, Saudara-saudari yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dari hadīts ini bisa kita ambil pelajaran bahwa amalan yang sangat ditekankan di bulan Sya'ban yaitu "berpuasa" dan inilah faedahnya.

Kata "seluruhnya" dari 'Aisyah radhiyallāhu 'anha di sini maksudnya adalah tidak satu bulan penuh, kenapa?

Karena dalam riwayat yang lain disebutkan:

"Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa 'ala āllihi wa sallam belum pernah menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadhan."

Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shallallāhu 'alaihi wa 'ala āllihi wa sallam tidak pernah berpuasa satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Menunjukkan pula bahwa pada bulan Sya'ban Nabi shallallāhu 'alaihi wa 'ala āllihi wa sallam berpuasa sebanyak-banyaknya tapi tetap ada berbukanya. Jadi kalau ada undangan makan siang boleh.

Kemudian pada hadīts yang lain yang diriwayatkan oleh Bukhāri,

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا حَدَّثَتْهُ قَالَتْ لَمْ يَكُنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

Dari Abū Salama radhiyallāhu 'anhu bercerita bahwa 'Aisyah radhiyallāhu 'anha bercerita kepada beliau:

"Nabi Muhammad shallallāhu 'alaihi wa 'ala āllihi wa sallam belum pernah berpuasa dalam sebulan lebih banyak dibandingkan di bulan Sya'ban, sesungguhnya beliau berpuasa dibulan Sya'ban seluruhnya."

(Hadīts riwayat Bukhāri no. 1834, versi Fathul Bari no. 1970)

Artinya puasa sunnah, adapun puasa wajib pada bulan Ramadhan tentunya.

Dan ingat, kata-kata "seluruhnya" itu apa?

Yaitu "hampir semuanya".

Kenapa kita mengartikan "hampir semuanya"?

Karena ada hadīts yang menjelaskan bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa 'ala āllihi wa sallam belum pernah menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan.
Kemudian Bapak Ibu, Ibu, Saudara-saudari yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

_*(2) Menjauhi Kesyirikan*_

Amalan yang kedua yang sangat ditekankan ketika bulan Sya'ban, yaitu jauhkan diri kita, keluarga kita, anak istri kita, rumah kita dari seluruh hal yang berkaitan dengan kesyirikan untuk mendapatkan pahala diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla pada nisfu Sya'ban.

Jauhkan diri kita, keluarga kita, anak istri kita, rumah kita dari seluruh praktek-praktek kesyirikan, jimat-jimat yang dianggap mendatangkan keramat, dan apa saja yang berkaitan dengan merusak akidah seorang muslim dijauhkan. Agar mendapatkan ampunan di malam nisfu' Sya'ban.


_*(3) Menyelesaikan Persengketaan*_

Amalan yang ketiga menyelesaikan persengketaan, perselisihan diantara sesama muslim, minta dihalalkan, minta dimaafkan meskipun dalam keadaan benar.


_*(4) Hilangkan Hasad/Iri/Dengki*_

Amalan yang keempat yang sangat ditekankan di bulan Sya'ban, hilangkan rasa hasad, dengki, iri, terhadap apa-apa yang dimiliki oleh orang lain.

Hasad, dengki, iri ini maksudnya adalah bercita-cita atau berangan-angan, nikmat kelebihan yang ada pada orang lain hilang.

Bagian ke-3



Tidak ada komentar:

Posting Komentar