Muslimah memiliki beberapa peran yang bisa dibuat sebagai bagan kegiatan.
Misalnya:
A. Peran sebagai Ibu, seperti:
- Menidurkan anak
- Memandikan anak
- Menyusui, memberi makan anak
- Mengajak anak bermain
- Membacakan anak buku cerita
B. Peran sebagai Ibu rumah tangga, seperti:
- Membersihkan rumah, vacuum cleaning
- Memasak, mencuci piring
- Mencuci, menjemur pakaian, memasukkan ke lemari pakaian
- Belanja
C. Peran sebagai istri seperti:
- Diskusi dengan suami
- Berduaan dengan suami
- Berbagai kegiatan mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan suami
D. Peran sebagai hamba Allah, seperti
- Sholat, membaca Al-Qur'an
- Membaca buku-buku Islam
E. Peran sebagai anggota masyarakat seperti
- Mengobrol, menelepon, chatting dengan teman
- Mengecek, membaca dan menulis email, blog, MP
--------------------------------------------------------------------------
Semua peran di atas kita buat bagan sebagai berikut:
Kolom ke bawah (biasanya di sebelah kiri) adalah jam,
yaitu kita bagi mulai dari misalnya jam 3 subuh (saatnya kita bangun sahur) hingga ke jam berapa kita tidur
(bukan jamnya anak-anak tidur, karena setelah anak-anak tidur, masih ada yang bisa kita kerjakan).
Menurut saya, efektifnya wanita tidur jam 10 malam, karena hormon-hormon banyak yang mulai bekerja di
tubuh kita jam 10 malam. Bila hormon di tubuh ibu tidak seimbang, maka ibu akan mudah marah, sakit, dan semuanya bisa jadi berantakan.
Kolom ke samping (di urutan teratas adalah nama kegiatan-kegiatan tadi).
Kita bisa melakukan dua atau tiga peran sekaligus di jam yang bersamaan,
misalnya, saat memberi anak makan, itu bersamaan dengan saat membacakan buku cerita ke anak.
Atau saat anak bermain sendiri itu adalah saat ibu memasak untuk makan malam.
Kita bisa melakukan dua atau tiga peran sekaligus di jam yang bersamaan,
misalnya, saat memberi anak makan, itu bersamaan dengan saat membacakan buku cerita ke anak.
Atau saat anak bermain sendiri itu adalah saat ibu memasak untuk makan malam.
Saat berdiskusi dengan suami juga bersamaan dengan memasukkan pakaian-pakaian ke dalam lemari pakaian
(tidak perlu disetrika, asalkan saat jemurnya sudah rapi, dan saat mengangkatnya langsung kita lipat rapi).
Setelah bagian kegiatan ini selesai kita buat, mungkin kita akan
menemukan di mana waktu-waktu yang bisa kita manfaatkan lebih banyak
lagi buat hobi kita,
atau bisa diskusikan dengan suami, di mana beliau bisa masuk sebagai partner kerja kita di rumah.
atau bisa diskusikan dengan suami, di mana beliau bisa masuk sebagai partner kerja kita di rumah.
Bila kelima peran sudah bisa kita temukan waktunya mereka masing-masing, insya Alloh kita bisa buatkan satu kolom lagi,
yaitu peran sebagai diri sendiri. Maksudnya, kita bisa menjalankan hobi kita, yang benar-benar diri kita.
yaitu peran sebagai diri sendiri. Maksudnya, kita bisa menjalankan hobi kita, yang benar-benar diri kita.
Mungkin di sini, bisa juga dimasukkan kegiatan-kegiatan untuk menjaga kebugaran dan kecantikan, dll.
Kenapa peran ini justru diletakkan di bagian akhir? Karena saya pikir, kalau ia diutamakan, maka yang lain akan jadi berantakan.
Karena itu, masukkan dulu BATU BESAR (yaitu yang menyangkut hajat hidup orang banyak ) setelah itu batu kecil baru bisa masuk di antaranya.
Keseimbangan semua ini sangat tergantung juga dari cara pandang kita
terhadap semua kegiatan itu. Kita harus punya cara pandang yang adil.
Adil dalam arti tidak menganggap yang satu lebih penting dan yang lain menjadi diremehkan, sehingga terlalaikan.
Mengasuh anak adalah ibadah, yang akan meningkatkan ketawakkalan kita pada Alloh.
Semakin tinggi cinta kita pada Alloh, semakin kuat juga semangat kita untuk beribadah seperti sholat sunnah, baca Al-Qur'an, dll.
Sehingga suatu saat nanti semuanya itu menjadi satu dan sulit untuk kita pisah2kan lagi.
Jangan lupa, supaya bagan ini dipasang di kulkas, atau di tempat yang mudah untuk suami lihatnya.
Sebenarnya, ada satu peran lagi yaitu peran sebagai Daiyah. Peran
sebagai daiyah ini enggak ada nomornya dalam urutan peran yang sudah
disusun, karena ia berada pada setiap peran yang dijalankan.
Seperti contohnya, ketika kita menjalankan peran sebagai ibu yang
menyuapi anak makan, kita mengajarkan doa-doa. Istri yang siap selalu
mendukung suami, ini juga daiyah.
Dakwah adalah kabar atau berita gembira. Dai atau daiyah adalah penyampai berita gembira ini.
Berita gembira yang dimaksud adalah nilai-nilai Islam. Sehingga ketika kita memasak, mencuci piring, vacuum cleaning, memandikan anak, dsbnya itu kita lakukan sambil berdzikir,
berdoa, dan mengajarkan nilai-nilai Islam, itu kita sedang menjalankan peran sebagai daiyah.
Menjadi daiyah tidak harus berbicara di atas panggung dengan jamaah
yang mendengarkan perkataannya. Ini adalah pengertian yang sempit.
Daiyah juga berarti tersenyum kepada tetangga kita, muslim dan non
muslim. Daiyah juga berarti menjalin ukhuwwah melalui telepon, miilis,
dll.
Sehingga ia ada dalam setiap peran yang kita mainkan.
Untuk pendidikan anak, disesuaikan dengan usianya. Modul HS yang ada di Fahima bisa dijadikan acuan.
Dari pengalaman pribadi, saat termudah untuk mengajarkan anak adalah sejak ia masih balita.
Setiap usia anak memerlukan keterampilan mendidik yang berbeda.
Orang tua harus bisa fleksibel dalam berhadapan dengan anak sesuai usia mereka.
Anak bayi lebih cocok kita lantunkan dzikir yang lembut, sambil kita elus dan sayang.
Anak umur 1-2 tahun mulai kita ajak berdoa dalam setiap kegiatan dan kejadian.
Saat hujan turun, saat petir menggelegar, saat ia takut, saat ia senang...
Dzikir seperti alhamdulillah, subhanalloh, astaghfirullah, assalamu'alaikum... adalah bagian dari kosa kata yang ia ucapkan.
Anak umur 3 - 4 tahun mulai dibacakan kisah ringan di dalam Islam, sambil mulai diajak mengulang bacaan AQ.
Anak 5-6 tahun mulai diajak berbicara tentang apa itu Islam, kenapa kita perlu sholat, dll.
Ketika ia mulai bisa menggunakan logika, ini adalah waktu yang sangat
penting untuk kita lebih puaskan kehausan ilmu, yaitu umur 7-10 tahun.
Saya baru memasuki awal usia 7 tahunnya Afiyah. Pertanyaan dari Afiyah semakin berat dan mengandung logika yang perlu dijawab denganlebih cermat. Ia butuh jawaban yang benar tapi tidak memberatkan.
Ketika rasa malas untuk sholat datang, maka yang saya katakan bukannya "Fia enggak mau disayang Alloh, ya?" BUKAN ITU.
Yang saya katakan, "Alloh selama ini sudah sayangggg sekali sama Fia... Sekarang bunda mau tanya, Fia sayang Alloh enggak ya?"
"Sayang dong, bunda..."
"Kalau sayang, kok enggak mau sholat ya?"
Dialog seperti itu sangat mempan dibandingkan perintah secara langsung supaya ia sholat.
--------------------------------------------------------------------------
Jadwal Sholat adalah Time Keeper kita
Jadikan jadwal sholat sebagai bagian dari jadwal keseharian kita.
Kalau di komputer kita belum ada suara adzan, bisa di download di
http://www.islamicfinder.org/
Kalau di komputer kita belum ada suara adzan, bisa di download di
http://www.islamicfinder.org/
Setiap kali adzan, kita langsung sholat. Pekerjaan apa saja, kita tinggalkan, termasuk juga ketika kita misalnya menyusui anak.
Ini salah satu pelajaran aqidah juga kepada anak kita, walau saat itu ia belum mengerti tapi ia telah melihat.
Ini salah satu pelajaran aqidah juga kepada anak kita, walau saat itu ia belum mengerti tapi ia telah melihat.
Atau, kita sesuaikan semua jadwal dg adzan, untuk hal-hal yg bisa disesuaikan.
Sehingga keteraturan hidup bisa kita mulai dengan cara mengikuti ritme yang sudah Alloh tetapkan.
Subuh adalah start dari semua kegiatan. Kalau tidur malamnya cukup,
maka ba'da subuh adalah saat yang paling segar untuk memulai aktifitas.
Mulai dari tilawah AQ, memasak, membuang sampah, dll.
Zhuhur adalah saat bersiap untuk beristirahat setelah sejak subuh,
dhuha dan sebelum zhuhur dipenuhi dengan aktifitas mulai dari masak,
membangunkan anak,membersihkan rumah, ajak anak keluar rumah, belanja, dll. Ba'da zhuhur, anak diajak makan siang, lalu bersiap tidur.
Ashar adalah saat anak-anak bangun dan mulai bermain lagi. Ashar adalah saat yang santai.
Ibu sudah sholat ashar, anak dibangunkan, diberi makanan kecil, lalu diajak bermain sebentar.
Setelah anak cukup sibuk dengan mainannya, ibu mulai menyiapkan makan malam.
Maghrib adalah persiapan untuk makan malam. Ba'da maghrib ibu memberi anak makan, dan mengajak anak mandi.
Setelah anak rapi dan bersih, siap2 untuk tidur, sambil menunggu waktu isha.
Setelah anak rapi dan bersih, siap2 untuk tidur, sambil menunggu waktu isha.
Isha adalah waktu untuk istirahat. Setelah sholat isha, ibu membacakan buku untuk anak, dan tidur bersama anak.
Setelah tidur satu dua jam, ibu kembali bangun untuk bertemu dengan
suami tercinta, berdiskusi, membagi kisah, dan juga pekerjaan-pekerjaan
rumah tangga yang bisa dikerjakan bersama seperti menjemur pakaian
berdua di beranda... (romantis kan?).
Semoga pembagian waktu sholat ini, selain akan menjadikan hidup kita
lebih tertib teratur, juga mendapatkan kecintaan dari Alloh.
Karena sholat di awal waktu adalah salah satu cara untuk meraih cintaNya.
Karena sholat di awal waktu adalah salah satu cara untuk meraih cintaNya.
"Hendaklah kalian mengingat Tuhan kalian, dan shalatlah kalian di
awal waktu. Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla melipatgandakan pahala
kalian" (HR.Al-Thabrani)
Semoga kita semua menjadi muslimah sholehah, berdaya guna bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Amin... (*)
sumber: fahima.org
sumber: fahima.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar