Sumber: ilustrasi
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh ampunan. Sampai-sampai
dikatakan oleh para ulama, kalau tidak di bulan Ramadhan mendapatkan
ampunan lantas di bulan mana lagi?
Berikut disebutkan beberapa amalan yang bisa melebur dosa di bulan Ramadhan.
1- Shalat lima waktu, bertemu dengan hari Jumat dan bertemu dengan Ramadhan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ
الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ
مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Antara shalat yang lima waktu, antara jum’at yang satu dan jum’at berikutnya, antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan berikutnya, di antara amalan-amalan tersebut akan diampuni dosa-dosa selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim no. 233)
2- Amalan puasa Ramadhan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فِتْنَةُ
الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ
وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ
الْمُنْكَرِ
“Keluarga, harta, dan anak dapat menjerumuskan seseorang dalam
maksiat (fitnah). Namun fitnah itu akan terhapus dengan shalat, shaum,
shadaqah, amar ma’ruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi mungkar
(melarang dari kemungkaran).” (HR. Bukhari no. 3586 dan Muslim no. 144)
3- Qiyam Ramadhan (shalat Tarawih)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)
4- Menghidupkan shalat malam pada Lailatul Qadar
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah menerangkan bahwa
pengampunan dosa pada lailatul qadar adalah apabila seseorang
mendapatkan malam tersebut, sedangkan pengampunan dosa pada puasa
Ramadhan dan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) adalah apabila bulan
Ramadhan telah usai. (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 365-366)
5- Zakat fitrah
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
فَرَضَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً
لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ مَنْ
أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا
بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِىَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari kata-kata yang sia-sia dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan pada orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud no. 1609 dan Ibnu Majah no. 1827. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Zakat fitrah di penghujung Ramadhan, itu juga adalah sebab
mendapatkan ampunan Allah. Karena zakat fitrah akan menutupi kesalahan
berupa kata-kata kotor dan sia-sia. Ulama-ulama terdahulu mengatakan
bahwa zakat fitrah adalah bagaikan sujud sahwi (sujud yang dilakukan
ketika lupa, pen.) dalam shalat, yaitu untuk menutupi kekurangan yang
ada. (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 377)
Kalau banyak ampunan seperti itu di bulan Ramadhan, seharusnya setiap
yang keluar dari bulan Ramadhan keadaannya sebagaimana disebutkan oleh
Muwarriq Al-‘Ijliy,
يَرْجِعُ هَذَا اليَوْمَ قَوْمٌ كَمَا وَلدَتْهُمْ أُمَّهَاتُهُمْ
“Hari ini kembali suatu kaum sebagaimana mereka baru dilahirkan oleh ibu-ibu mereka.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 366). Artinya, mereka kembali bersih dari dosa.
Sungguh sangat disayangkan jika keluar dari bulan Ramadhan tidak membawa ampunan apa-apa.
Qatadah rahimahullah mengatakan,
مَنْ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ فِي رَمَضَانَ فَلَنْ يُغْفَرَ لَهُ فِيْمَا سِوَاهُ
“Siapa saja yang tidak diampuni di bulan Ramadhan, maka sungguh di hari lain (di luar Ramadhan), ia pun akan sulit diampuni.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 371)
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah mengatakan,
فَلَمَّا
كَثُرَتْ أَسْبَابُ المغْفِرَةِ فِي رَمَضَانَ كَانَ الَّذِي تَفُوْتُهُ
المغْفِرَةُ فِيْهِ مَحْرُوْمًا غَايَةَ الحِرْمَانِ
“Tatkala semakin banyak sebab mendapatkan pengampunan dosa di bulan Ramadhan, maka siapa saja yang tidak mendapatkan pengampunan tersebut, sungguh dia benar-benar telah bernasib buruk.” (Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 371)
Semoga bermanfaat sebelum mengawali bulan Ramadhan.
Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.
—
Selesai disusun @ Darush Sholihin Panggang, Gunungkidul, menjelang Isya, 26 Sya’ban 1436 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
Aku Muliakan Keluarganya Sebagaimana Aku Suka Ia memuliakan Keluargaku
Islam berisi ajaran yang menganjurkan kebajikan, kasih sayang, dan persaudaraan. Suami idaman selalu memenuhi seruan agama ini. Dia memuliakan istrinya, kedua orang tua, serta kerabat dan sahabat-sahabatnya, sebagaimana ia suka istrinya melakukan hal itu untuknya. Dengan perilaku itu terciptalah dalam keluarga besarnya iklim persaudaraan yang hangat, yang dapat menumbuhkan kebahagiaan rumah tangga akhirnya.Rasulullah memberi bimbingan kepada kita dalam memuliakan istri-istrinya, beliau memuliakan keluarga serta sahabat-sahabatnya, baik ketika mereka masih hidup maupun sudah meninggal. Di samping itu, beliau juga menghimbau kita agar selalu menyambung tali silaturahmi. Beliau bersabda:
“Barangsiapa ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hubungkanlah silaturrahmi.” 1Anjuran Nabi ini ditujukan kepada semua orang, laki-laki maupun perepuan. Maka suami idaman selalu berusaha menegakkan kebaikan ini dalam keluarga istrinya. Ia mengunjungi keluarga istri bersamanya atau seorang diri. Berbakti kepada kedua orang tuanya dan arahkan istri untuk berbuat serupa. Membantu istri mengirimkan hadiah-hadiah di momen-momen penting mereka. Menghubungi mereka dengan telepon atau surat dan menanyakan kabar mereka. Serta memberikan perhatian dan bantuan apabila mereka memerlukan.
Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (QS. Al-Maa’idah:2)
Aku Suka Berhias Untuk Istriku Sebagaimana Aku Suka Ia Berhias Untukku
Suami idaman, tidak sekedar menuntut istrinya untuk selalu berpenampilan cantik di hadapannya. Selalu dalam keadaan bersih, rapi dan aroma yang wangi dan seterusnya. Tetapi ia juga suka melakukan hal yang sama, yaitu berhias demi kebahagiaan istrinya. Ia selalu memperhatikan dandanannya, penampilannya, dan aroma tubuhnya. Serta menjauhi hal-hal yang tidak sedap dipandang mata.Dia bukanlah sosok yang egois yang mementingkan diri sendiri. Tertanam benar dalam hatinya firman Allah:
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf” (QS. Al. Baqarah:228)Sebab, sebagaimana suami tidak suka melihat dan berdekatan dengan istrinya yang kusut, kotor dan awut-awutan, demikian juga istri pasti tidak suka melihat dan berdekatan dengan suami yang seperti itu keadaannya.
Berdandan dan berhias diri merupakan sesuatu yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” 2Berdandan dan berhias juga termasuk fitrah!
Islam menghimbau setiap muslim agar selalu dalam keadaan rapi, bersih, indah, serta berbadan harum. Itu semua termasuk tradisi fitrah dan petunjuk para rasul.
Rasulullah melarang seseorang menolak wewangian, karena wewangian itu menambah keindahan dan kecantikan dandanan. Beliau bersabda:
“Barangsiapa ditawarkan kepadanya minyak raihan, maka janganlah menolaknya, karena ia harum baunya dan mudah dibawanya.” 3Sebaliknya, keengganan suami untuk berdandan, dapat menyebabkan istri menjauhinya dan enggan berada di sisinya, atau bahkan menyebabkan ia menuntut cerai.
Suatu saat, masuklah seseorang yang bertampang semrawut dan acak-acakan kepada Amirul Mu’minin ‘Umar. Orang itu datang bersama istrinya. Berkatalah sang istri, “Saya tidak dapat berkumpul dengan orang ini, wahai Amirul Mu’minin.” Ia melihat perempuan itu begitu benci kepada suaminya. Lalu disuruhlah laki-laki itu untuk mandi, berdandan, dan memotong kukunya. Ketika kembali, Amirul Mu’minin menyuruhnya untuk menemui istrinya. Ketika menemuinya, kagetlah sang istri lalu menjauh dari padanya. Namun, akhirnya ia tahu siapa yang ada di hadapannya itu, lalu dengan senang hati ia pun menyambutnya. Setelah itu ia mencabut tuntutannya. Berkatalah ‘Umar, “Demikian ini, lakukanlah untuk mereka (para istri), karena demi Allah mereka suka kalian berdandan untuk mereka, sebagaimana kalian suka bila mereka berdandan untuk kalian.”
Pertemuan Yang Menyenangkan
Suami idaman selalu berupaya menciptakan pertemuan yang menyenangkan dengan istrinya, saat ia pulang ke rumah. Baik pulang dari tempat kerja maupun pulang dari bepergian karena kepentingan lain.Pertama, menebarkan salam. Inilah petunjuk Islam dan bimbingan nabawi. Allah berfirman:
“Apabila kalian memasuki rumah, hendaklah memberi salam (kepada penghuninya), yang berarti memberi salam kepada dirimu sendiri, dengan salam dari sisi Allah, yang mengandung berkah lagi kebijakan.” (QS. An Nuur:61)Dengan ucapan salam itu, ia menebar berkah, menabur kedamaian dan menguatkan ikatan cinta. Rasulullah bersabda.
“Kalian tidak akan masuk Surga hingga beriman, kalian tidak beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” 4Kedua, jabat tangan.
Yaitu jabat tangan yang dibarengi kehangatan sikap dan perasaan suka cita karena pertemuan itu. Pertemuan seperti ini sesungguhnya menyenangkan hati, sekaligus membangun kebahagiaan. Maka semakin kokohlah ikatan perasaan, semakin abadi jalinan cinta, dan berlipat ganda pahala Allah bagi mereka berdua. Rasulullah bersabda,
“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu keduanya berjabat tangan melainkann Allah akan mengampuni dosa keduanya hingga mereka berpisah” 5Ketiga, menunjukkan sikap manis dan berwajah berseri.
Memang, bahasa mimik muka bisa lebih tajam daripada bahasa lisan. Pengaruhnya bagi hati juga sangat besar. Wajah berseri dapat menciptakan kebahagiaan dan menghilangkan keruhnya perasaan. Rasulullah bersabda:
“Janganlah kamu mengabaikan kebaikan sekecil apapun, meskipun sekedar wajah berseri yang kau tunjukkan kepada saudaramu ketika bertemu.” 6Dan suami yang shalih menyadari bahwa orang pertama yang layak ia suguhi muka manis dan wajah berseri adalah istrinya tercinta.
Catatan kaki: 1 Muttafaqun ‘alaihi
2 Hadits riwayat Muslim
3 Hadits riwayat Muslim, dari ‘Aisyah
4 Hadits riwayat Muslim
5 Hadits riwayat Abu Dawud (5214) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud
[6] Hadits riwayat Muslim
Disadur dari buku Surat Terbuka untuk Para Suami oleh Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan, Pustaka Darul Ilmi, Bogor, Cetakan Ketiga 2011.
- See more at: http://jilbab.or.id/archives/2126-2126/#sthash.7QWD7W3w.dpuf
Aku Muliakan Keluarganya Sebagaimana Aku Suka Ia memuliakan Keluargaku
Islam berisi ajaran yang menganjurkan kebajikan, kasih sayang, dan persaudaraan. Suami idaman selalu memenuhi seruan agama ini. Dia memuliakan istrinya, kedua orang tua, serta kerabat dan sahabat-sahabatnya, sebagaimana ia suka istrinya melakukan hal itu untuknya. Dengan perilaku itu terciptalah dalam keluarga besarnya iklim persaudaraan yang hangat, yang dapat menumbuhkan kebahagiaan rumah tangga akhirnya.Rasulullah memberi bimbingan kepada kita dalam memuliakan istri-istrinya, beliau memuliakan keluarga serta sahabat-sahabatnya, baik ketika mereka masih hidup maupun sudah meninggal. Di samping itu, beliau juga menghimbau kita agar selalu menyambung tali silaturahmi. Beliau bersabda:
“Barangsiapa ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hubungkanlah silaturrahmi.” 1Anjuran Nabi ini ditujukan kepada semua orang, laki-laki maupun perepuan. Maka suami idaman selalu berusaha menegakkan kebaikan ini dalam keluarga istrinya. Ia mengunjungi keluarga istri bersamanya atau seorang diri. Berbakti kepada kedua orang tuanya dan arahkan istri untuk berbuat serupa. Membantu istri mengirimkan hadiah-hadiah di momen-momen penting mereka. Menghubungi mereka dengan telepon atau surat dan menanyakan kabar mereka. Serta memberikan perhatian dan bantuan apabila mereka memerlukan.
Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (QS. Al-Maa’idah:2)
Aku Suka Berhias Untuk Istriku Sebagaimana Aku Suka Ia Berhias Untukku
Suami idaman, tidak sekedar menuntut istrinya untuk selalu berpenampilan cantik di hadapannya. Selalu dalam keadaan bersih, rapi dan aroma yang wangi dan seterusnya. Tetapi ia juga suka melakukan hal yang sama, yaitu berhias demi kebahagiaan istrinya. Ia selalu memperhatikan dandanannya, penampilannya, dan aroma tubuhnya. Serta menjauhi hal-hal yang tidak sedap dipandang mata.Dia bukanlah sosok yang egois yang mementingkan diri sendiri. Tertanam benar dalam hatinya firman Allah:
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf” (QS. Al. Baqarah:228)Sebab, sebagaimana suami tidak suka melihat dan berdekatan dengan istrinya yang kusut, kotor dan awut-awutan, demikian juga istri pasti tidak suka melihat dan berdekatan dengan suami yang seperti itu keadaannya.
Berdandan dan berhias diri merupakan sesuatu yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” 2Berdandan dan berhias juga termasuk fitrah!
Islam menghimbau setiap muslim agar selalu dalam keadaan rapi, bersih, indah, serta berbadan harum. Itu semua termasuk tradisi fitrah dan petunjuk para rasul.
Rasulullah melarang seseorang menolak wewangian, karena wewangian itu menambah keindahan dan kecantikan dandanan. Beliau bersabda:
“Barangsiapa ditawarkan kepadanya minyak raihan, maka janganlah menolaknya, karena ia harum baunya dan mudah dibawanya.” 3Sebaliknya, keengganan suami untuk berdandan, dapat menyebabkan istri menjauhinya dan enggan berada di sisinya, atau bahkan menyebabkan ia menuntut cerai.
Suatu saat, masuklah seseorang yang bertampang semrawut dan acak-acakan kepada Amirul Mu’minin ‘Umar. Orang itu datang bersama istrinya. Berkatalah sang istri, “Saya tidak dapat berkumpul dengan orang ini, wahai Amirul Mu’minin.” Ia melihat perempuan itu begitu benci kepada suaminya. Lalu disuruhlah laki-laki itu untuk mandi, berdandan, dan memotong kukunya. Ketika kembali, Amirul Mu’minin menyuruhnya untuk menemui istrinya. Ketika menemuinya, kagetlah sang istri lalu menjauh dari padanya. Namun, akhirnya ia tahu siapa yang ada di hadapannya itu, lalu dengan senang hati ia pun menyambutnya. Setelah itu ia mencabut tuntutannya. Berkatalah ‘Umar, “Demikian ini, lakukanlah untuk mereka (para istri), karena demi Allah mereka suka kalian berdandan untuk mereka, sebagaimana kalian suka bila mereka berdandan untuk kalian.”
Pertemuan Yang Menyenangkan
Suami idaman selalu berupaya menciptakan pertemuan yang menyenangkan dengan istrinya, saat ia pulang ke rumah. Baik pulang dari tempat kerja maupun pulang dari bepergian karena kepentingan lain.Pertama, menebarkan salam. Inilah petunjuk Islam dan bimbingan nabawi. Allah berfirman:
“Apabila kalian memasuki rumah, hendaklah memberi salam (kepada penghuninya), yang berarti memberi salam kepada dirimu sendiri, dengan salam dari sisi Allah, yang mengandung berkah lagi kebijakan.” (QS. An Nuur:61)Dengan ucapan salam itu, ia menebar berkah, menabur kedamaian dan menguatkan ikatan cinta. Rasulullah bersabda.
“Kalian tidak akan masuk Surga hingga beriman, kalian tidak beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” 4Kedua, jabat tangan.
Yaitu jabat tangan yang dibarengi kehangatan sikap dan perasaan suka cita karena pertemuan itu. Pertemuan seperti ini sesungguhnya menyenangkan hati, sekaligus membangun kebahagiaan. Maka semakin kokohlah ikatan perasaan, semakin abadi jalinan cinta, dan berlipat ganda pahala Allah bagi mereka berdua. Rasulullah bersabda,
“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu keduanya berjabat tangan melainkann Allah akan mengampuni dosa keduanya hingga mereka berpisah” 5Ketiga, menunjukkan sikap manis dan berwajah berseri.
Memang, bahasa mimik muka bisa lebih tajam daripada bahasa lisan. Pengaruhnya bagi hati juga sangat besar. Wajah berseri dapat menciptakan kebahagiaan dan menghilangkan keruhnya perasaan. Rasulullah bersabda:
“Janganlah kamu mengabaikan kebaikan sekecil apapun, meskipun sekedar wajah berseri yang kau tunjukkan kepada saudaramu ketika bertemu.” 6Dan suami yang shalih menyadari bahwa orang pertama yang layak ia suguhi muka manis dan wajah berseri adalah istrinya tercinta.
Catatan kaki: 1 Muttafaqun ‘alaihi
2 Hadits riwayat Muslim
3 Hadits riwayat Muslim, dari ‘Aisyah
4 Hadits riwayat Muslim
5 Hadits riwayat Abu Dawud (5214) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud
[6] Hadits riwayat Muslim
Disadur dari buku Surat Terbuka untuk Para Suami oleh Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan, Pustaka Darul Ilmi, Bogor, Cetakan Ketiga 2011.
- See more at: http://jilbab.or.id/archives/2126-2126/#sthash.7QWD7W3w.dpuf
Aku Muliakan Keluarganya Sebagaimana Aku Suka Ia memuliakan Keluargaku
Islam berisi ajaran yang menganjurkan kebajikan, kasih sayang, dan persaudaraan. Suami idaman selalu memenuhi seruan agama ini. Dia memuliakan istrinya, kedua orang tua, serta kerabat dan sahabat-sahabatnya, sebagaimana ia suka istrinya melakukan hal itu untuknya. Dengan perilaku itu terciptalah dalam keluarga besarnya iklim persaudaraan yang hangat, yang dapat menumbuhkan kebahagiaan rumah tangga akhirnya.Rasulullah memberi bimbingan kepada kita dalam memuliakan istri-istrinya, beliau memuliakan keluarga serta sahabat-sahabatnya, baik ketika mereka masih hidup maupun sudah meninggal. Di samping itu, beliau juga menghimbau kita agar selalu menyambung tali silaturahmi. Beliau bersabda:
“Barangsiapa ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hubungkanlah silaturrahmi.” 1Anjuran Nabi ini ditujukan kepada semua orang, laki-laki maupun perepuan. Maka suami idaman selalu berusaha menegakkan kebaikan ini dalam keluarga istrinya. Ia mengunjungi keluarga istri bersamanya atau seorang diri. Berbakti kepada kedua orang tuanya dan arahkan istri untuk berbuat serupa. Membantu istri mengirimkan hadiah-hadiah di momen-momen penting mereka. Menghubungi mereka dengan telepon atau surat dan menanyakan kabar mereka. Serta memberikan perhatian dan bantuan apabila mereka memerlukan.
Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (QS. Al-Maa’idah:2)
Aku Suka Berhias Untuk Istriku Sebagaimana Aku Suka Ia Berhias Untukku
Suami idaman, tidak sekedar menuntut istrinya untuk selalu berpenampilan cantik di hadapannya. Selalu dalam keadaan bersih, rapi dan aroma yang wangi dan seterusnya. Tetapi ia juga suka melakukan hal yang sama, yaitu berhias demi kebahagiaan istrinya. Ia selalu memperhatikan dandanannya, penampilannya, dan aroma tubuhnya. Serta menjauhi hal-hal yang tidak sedap dipandang mata.Dia bukanlah sosok yang egois yang mementingkan diri sendiri. Tertanam benar dalam hatinya firman Allah:
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf” (QS. Al. Baqarah:228)Sebab, sebagaimana suami tidak suka melihat dan berdekatan dengan istrinya yang kusut, kotor dan awut-awutan, demikian juga istri pasti tidak suka melihat dan berdekatan dengan suami yang seperti itu keadaannya.
Berdandan dan berhias diri merupakan sesuatu yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” 2Berdandan dan berhias juga termasuk fitrah!
Islam menghimbau setiap muslim agar selalu dalam keadaan rapi, bersih, indah, serta berbadan harum. Itu semua termasuk tradisi fitrah dan petunjuk para rasul.
Rasulullah melarang seseorang menolak wewangian, karena wewangian itu menambah keindahan dan kecantikan dandanan. Beliau bersabda:
“Barangsiapa ditawarkan kepadanya minyak raihan, maka janganlah menolaknya, karena ia harum baunya dan mudah dibawanya.” 3Sebaliknya, keengganan suami untuk berdandan, dapat menyebabkan istri menjauhinya dan enggan berada di sisinya, atau bahkan menyebabkan ia menuntut cerai.
Suatu saat, masuklah seseorang yang bertampang semrawut dan acak-acakan kepada Amirul Mu’minin ‘Umar. Orang itu datang bersama istrinya. Berkatalah sang istri, “Saya tidak dapat berkumpul dengan orang ini, wahai Amirul Mu’minin.” Ia melihat perempuan itu begitu benci kepada suaminya. Lalu disuruhlah laki-laki itu untuk mandi, berdandan, dan memotong kukunya. Ketika kembali, Amirul Mu’minin menyuruhnya untuk menemui istrinya. Ketika menemuinya, kagetlah sang istri lalu menjauh dari padanya. Namun, akhirnya ia tahu siapa yang ada di hadapannya itu, lalu dengan senang hati ia pun menyambutnya. Setelah itu ia mencabut tuntutannya. Berkatalah ‘Umar, “Demikian ini, lakukanlah untuk mereka (para istri), karena demi Allah mereka suka kalian berdandan untuk mereka, sebagaimana kalian suka bila mereka berdandan untuk kalian.”
Pertemuan Yang Menyenangkan
Suami idaman selalu berupaya menciptakan pertemuan yang menyenangkan dengan istrinya, saat ia pulang ke rumah. Baik pulang dari tempat kerja maupun pulang dari bepergian karena kepentingan lain.Pertama, menebarkan salam. Inilah petunjuk Islam dan bimbingan nabawi. Allah berfirman:
“Apabila kalian memasuki rumah, hendaklah memberi salam (kepada penghuninya), yang berarti memberi salam kepada dirimu sendiri, dengan salam dari sisi Allah, yang mengandung berkah lagi kebijakan.” (QS. An Nuur:61)Dengan ucapan salam itu, ia menebar berkah, menabur kedamaian dan menguatkan ikatan cinta. Rasulullah bersabda.
“Kalian tidak akan masuk Surga hingga beriman, kalian tidak beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” 4Kedua, jabat tangan.
Yaitu jabat tangan yang dibarengi kehangatan sikap dan perasaan suka cita karena pertemuan itu. Pertemuan seperti ini sesungguhnya menyenangkan hati, sekaligus membangun kebahagiaan. Maka semakin kokohlah ikatan perasaan, semakin abadi jalinan cinta, dan berlipat ganda pahala Allah bagi mereka berdua. Rasulullah bersabda,
“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu keduanya berjabat tangan melainkann Allah akan mengampuni dosa keduanya hingga mereka berpisah” 5Ketiga, menunjukkan sikap manis dan berwajah berseri.
Memang, bahasa mimik muka bisa lebih tajam daripada bahasa lisan. Pengaruhnya bagi hati juga sangat besar. Wajah berseri dapat menciptakan kebahagiaan dan menghilangkan keruhnya perasaan. Rasulullah bersabda:
“Janganlah kamu mengabaikan kebaikan sekecil apapun, meskipun sekedar wajah berseri yang kau tunjukkan kepada saudaramu ketika bertemu.” 6Dan suami yang shalih menyadari bahwa orang pertama yang layak ia suguhi muka manis dan wajah berseri adalah istrinya tercinta.
Catatan kaki: 1 Muttafaqun ‘alaihi
2 Hadits riwayat Muslim
3 Hadits riwayat Muslim, dari ‘Aisyah
4 Hadits riwayat Muslim
5 Hadits riwayat Abu Dawud (5214) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud
[6] Hadits riwayat Muslim
Disadur dari buku Surat Terbuka untuk Para Suami oleh Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan, Pustaka Darul Ilmi, Bogor, Cetakan Ketiga 2011.
- See more at: http://jilbab.or.id/archives/2126-2126/#sthash.7QWD7W3w.dpuf
Aku Muliakan Keluarganya Sebagaimana Aku Suka Ia memuliakan Keluargaku
Islam berisi ajaran yang menganjurkan kebajikan, kasih sayang, dan persaudaraan. Suami idaman selalu memenuhi seruan agama ini. Dia memuliakan istrinya, kedua orang tua, serta kerabat dan sahabat-sahabatnya, sebagaimana ia suka istrinya melakukan hal itu untuknya. Dengan perilaku itu terciptalah dalam keluarga besarnya iklim persaudaraan yang hangat, yang dapat menumbuhkan kebahagiaan rumah tangga akhirnya.Rasulullah memberi bimbingan kepada kita dalam memuliakan istri-istrinya, beliau memuliakan keluarga serta sahabat-sahabatnya, baik ketika mereka masih hidup maupun sudah meninggal. Di samping itu, beliau juga menghimbau kita agar selalu menyambung tali silaturahmi. Beliau bersabda:
“Barangsiapa ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, hubungkanlah silaturrahmi.” 1Anjuran Nabi ini ditujukan kepada semua orang, laki-laki maupun perepuan. Maka suami idaman selalu berusaha menegakkan kebaikan ini dalam keluarga istrinya. Ia mengunjungi keluarga istri bersamanya atau seorang diri. Berbakti kepada kedua orang tuanya dan arahkan istri untuk berbuat serupa. Membantu istri mengirimkan hadiah-hadiah di momen-momen penting mereka. Menghubungi mereka dengan telepon atau surat dan menanyakan kabar mereka. Serta memberikan perhatian dan bantuan apabila mereka memerlukan.
Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (QS. Al-Maa’idah:2)
Aku Suka Berhias Untuk Istriku Sebagaimana Aku Suka Ia Berhias Untukku
Suami idaman, tidak sekedar menuntut istrinya untuk selalu berpenampilan cantik di hadapannya. Selalu dalam keadaan bersih, rapi dan aroma yang wangi dan seterusnya. Tetapi ia juga suka melakukan hal yang sama, yaitu berhias demi kebahagiaan istrinya. Ia selalu memperhatikan dandanannya, penampilannya, dan aroma tubuhnya. Serta menjauhi hal-hal yang tidak sedap dipandang mata.Dia bukanlah sosok yang egois yang mementingkan diri sendiri. Tertanam benar dalam hatinya firman Allah:
“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf” (QS. Al. Baqarah:228)Sebab, sebagaimana suami tidak suka melihat dan berdekatan dengan istrinya yang kusut, kotor dan awut-awutan, demikian juga istri pasti tidak suka melihat dan berdekatan dengan suami yang seperti itu keadaannya.
Berdandan dan berhias diri merupakan sesuatu yang dicintai Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” 2Berdandan dan berhias juga termasuk fitrah!
Islam menghimbau setiap muslim agar selalu dalam keadaan rapi, bersih, indah, serta berbadan harum. Itu semua termasuk tradisi fitrah dan petunjuk para rasul.
Rasulullah melarang seseorang menolak wewangian, karena wewangian itu menambah keindahan dan kecantikan dandanan. Beliau bersabda:
“Barangsiapa ditawarkan kepadanya minyak raihan, maka janganlah menolaknya, karena ia harum baunya dan mudah dibawanya.” 3Sebaliknya, keengganan suami untuk berdandan, dapat menyebabkan istri menjauhinya dan enggan berada di sisinya, atau bahkan menyebabkan ia menuntut cerai.
Suatu saat, masuklah seseorang yang bertampang semrawut dan acak-acakan kepada Amirul Mu’minin ‘Umar. Orang itu datang bersama istrinya. Berkatalah sang istri, “Saya tidak dapat berkumpul dengan orang ini, wahai Amirul Mu’minin.” Ia melihat perempuan itu begitu benci kepada suaminya. Lalu disuruhlah laki-laki itu untuk mandi, berdandan, dan memotong kukunya. Ketika kembali, Amirul Mu’minin menyuruhnya untuk menemui istrinya. Ketika menemuinya, kagetlah sang istri lalu menjauh dari padanya. Namun, akhirnya ia tahu siapa yang ada di hadapannya itu, lalu dengan senang hati ia pun menyambutnya. Setelah itu ia mencabut tuntutannya. Berkatalah ‘Umar, “Demikian ini, lakukanlah untuk mereka (para istri), karena demi Allah mereka suka kalian berdandan untuk mereka, sebagaimana kalian suka bila mereka berdandan untuk kalian.”
Pertemuan Yang Menyenangkan
Suami idaman selalu berupaya menciptakan pertemuan yang menyenangkan dengan istrinya, saat ia pulang ke rumah. Baik pulang dari tempat kerja maupun pulang dari bepergian karena kepentingan lain.Pertama, menebarkan salam. Inilah petunjuk Islam dan bimbingan nabawi. Allah berfirman:
“Apabila kalian memasuki rumah, hendaklah memberi salam (kepada penghuninya), yang berarti memberi salam kepada dirimu sendiri, dengan salam dari sisi Allah, yang mengandung berkah lagi kebijakan.” (QS. An Nuur:61)Dengan ucapan salam itu, ia menebar berkah, menabur kedamaian dan menguatkan ikatan cinta. Rasulullah bersabda.
“Kalian tidak akan masuk Surga hingga beriman, kalian tidak beriman hingga saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang apabila kalian kerjakan niscaya kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” 4Kedua, jabat tangan.
Yaitu jabat tangan yang dibarengi kehangatan sikap dan perasaan suka cita karena pertemuan itu. Pertemuan seperti ini sesungguhnya menyenangkan hati, sekaligus membangun kebahagiaan. Maka semakin kokohlah ikatan perasaan, semakin abadi jalinan cinta, dan berlipat ganda pahala Allah bagi mereka berdua. Rasulullah bersabda,
“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu keduanya berjabat tangan melainkann Allah akan mengampuni dosa keduanya hingga mereka berpisah” 5Ketiga, menunjukkan sikap manis dan berwajah berseri.
Memang, bahasa mimik muka bisa lebih tajam daripada bahasa lisan. Pengaruhnya bagi hati juga sangat besar. Wajah berseri dapat menciptakan kebahagiaan dan menghilangkan keruhnya perasaan. Rasulullah bersabda:
“Janganlah kamu mengabaikan kebaikan sekecil apapun, meskipun sekedar wajah berseri yang kau tunjukkan kepada saudaramu ketika bertemu.” 6Dan suami yang shalih menyadari bahwa orang pertama yang layak ia suguhi muka manis dan wajah berseri adalah istrinya tercinta.
Catatan kaki: 1 Muttafaqun ‘alaihi
2 Hadits riwayat Muslim
3 Hadits riwayat Muslim, dari ‘Aisyah
4 Hadits riwayat Muslim
5 Hadits riwayat Abu Dawud (5214) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud
[6] Hadits riwayat Muslim
Disadur dari buku Surat Terbuka untuk Para Suami oleh Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan, Pustaka Darul Ilmi, Bogor, Cetakan Ketiga 2011.
- See more at: http://jilbab.or.id/archives/2126-2126/#sthash.7QWD7W3w.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar