Jumat, 09 Maret 2012

Muslim yang Baik


Dua hari yang lalu, pagi hari saat dalam perjalanan menuju satu tempat, saya bertemu dengan seorang laki-laki di sebuah halte bis perempatan jalan. Orangnya tinggi besar, berpakaian rapih, pakai jas dan membawa koper. Dari gaya pakaiannya dia seperti orang kantoran. Namun, yang saya takjub bukan penampilannya melainkan apa yang dilakukannya saat itu. Sambil menunggu bis datang mulutnya tak henti berzikir.

Memang pemandangan ini biasa dilihat di Mesir. Negara yang saya diami sekarang ini benar-benar membuktikan julukannya sebagai “ardhul anbiya” atau bumi para nabi. Di tempat lain mungkin aneh, jika ada orang berzikir sepanjang jalan atau ada penumpang yang membaca Al-quran di bis, bahkan tidak jarang bacaannya itu dilagukan seperti qari pada acara di masjid-masjid.

Namun, ketika bis datang mata saya terpanah pada pemandangan yang beda namun tetap orang yang sama. Terlihat sambil berlari, semua penumpang mendekati pintu bis, berusaha masuk lebih awal dan adegan tolak menolak serta sikut menyikutpun terjadi.

Ketika hendak naik, tepat berdiri di belakang laki-laki tadi, saya melihat dia menyorongkan tubuhnya di tengah himpitan penumpang yang berlomba masuk menaiki bis. Terlihat seorang ibu di sisi kiri pintu bis, turut menyerobot masuk bersamaan dengan lelaki tadi. Tanpa hirau sedikitpun, lelaki tadi masuk dan si ibu pun termundur menuruni pintu bis akibat desakan tubuhnya.

Setelah penumpang semua naik, ibu tadi berkomentar “kenapa semua takut tidak kebagian tempat duduk, padahal semua kursi kosong”. Lantas lelaki tadi balik komentar “saudariku, semua kan buru-buru dan ingin dapat kursi untuk duduk. Lagi pula kenapa anda berdiam diri di pintu. ”

Kejadian itu mengingatkan saya sebuah hadis nabi tentang salah satu karakter muslim. Seorang muslim adalah orang yang selamat (menjaga) tangan dan lidahnya dari mengusik orang lain. Karena pada prinsipnya Islam adalah agama yang mengajar pada kedamaian. Ia hadir sebagai rahmat sekalian alam.

Terkadang kita sering lupa. Berlomba untuk mendapat pradikat shalih dengan baik kepada Allah namun kepada sesama manusia tidak. Padahal Islam mengajarkan untuk berlaku seimbang terhadap keduanya.

Dalam beberapa hadis disebutkan, berimannya seseorang berkaitan erat dengan caranya memuliakan tamu dan menghargai tetangga. Islam juga mengajarkan cara menghormati wanita, cara menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang muda. Juga dalam konteks keluarga, larangan menyekutukan allah dan menyukuriNya sejajar dengan posisi berbakti dan berterima kasih kepada orang tua.

Hal ini menunjukkan bahwa muslim yang baik adalah muslim yang bisa menjaga hubungan vertikal dan horizontalnya. Muslim yang baik adalah muslim yang segala aktifitas kesehariannya membuat orang lain senang dan membuat Allah ridha terhadapnya.

           







Tidak ada komentar:

Posting Komentar