Tidak ada
kesuksesan tanpa kegagalan, tidak ada kesuksesan tanpa kebangkitan diri, tidak
ada kebangkitan diri jika tidak mengalami kegagalan, kesuksesan itu adalah
rangkaian kegagalan yang kemudian diikuti dengan kebangkitan. Tak ubahnya
kemenangan pun demikian. Setiap orang memiliki sejarah dan perjalanan yang
berbeda. Namun pastinya ada duka sebelum suka, ada sedih sebelum gembira, dan
ada gagal sebelum sukses. Begitu pun sebaliknya ada suka sebelum duka, ada
gembira sebelum sedih, dan ada sukses sebelum gagal. Kita merasakan dan pernah
mengalami berbagai warna kehidupan.
“Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya.” (QS. Al Baqarah 286)
“Kita menyadari
bahwa kegagalan itu pahit. Kita tahu begitulah rasanya kegagalan”. (Anis Matta)
Namun hidup kita
bukanlah untuk tenggelam setelah kegagalan mendatangi kita. Tapi kita harus
bangkit dan menyiapkan awak kapal baru dengan layar yang lebih besar untuk
kembali mengarungi lautan kesuksesan. Rahasianya ialah karena kegagalan itu
ibarat biji padi yang ditanam yang menghasilkan buah biji baru lebih banyak.
Begitulah Anis Matta menyampaikan dalam salah satu karyanya. Dari kegagalan
lahir ketawadhuan, dari kegagalan lahir kedekatan dengan Rabb, dari kegagalan
lahir kebangkitan, dari kegagalan lahir pembenahan dan dari kegagalan lahir
kesuksesan. Setelah kesulitan pasti kita dapatkan kemudahan.
Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al. Insyiroh 5-6)
Sebahagiaan orang
banyak yang mengutuk kegagalan sebagai musibah, namun kita harus lebih
memikirkan dan menanamkan dalam diri untuk memandang berbagai warna hidup
dengan jiwa besar dan penalaran yang dalam.
Dalam banyak buku
biografi orang-orang besar dan sukses, kegagalan itu justru menjadi hiasan dari
kesuksesannya. Periode dimana momentum kompetensi untuk menuju sukses. Sejarah
pun mengatakan hal sama bahwa bangsa dunia ini erat sekali dengan
kejatuhan-kejatuhan dan kebangunan bangsa. Rasulullah SAW pernah mendapatkan
kegagalan dalam pelayaran dakwahnya. Ketika beliau gagal dari mekah kemudian
habsyah, thaif akhirnya sampai di madinah dan Allah menghendaki Islam
mendapatkan kemenangan di sana.
Father of economics
atau akrabnya Ibnu khaldun, menulis sebuah buku yang kini menyejarah dan
menjadi referensi cendekiawan muslim dunia, “muqaddimah” yang kebanyakan orang
tidak tahu ternyata sesungguhnya buku itu merupakan hasil kegagalannya sebagai
praktisi politik. Siapa sangka Albert Einstein menemukan teori relativitas yang
kini banyak dipelajari di sekolah dan para ilmuwan, pernah gagal mengatur
waktunya dalam belajar. Thomas Alva Edison yang kita kenal sekarang salah satu
ilmuwan besar dunia, hanya mengenyam pendidikan sekitar 3 bulan, dan secara
fisik memiliki kelainan pendengaran, gagal mendapat kepercayaan dari pihak
sekolahnya. Siapa sangka akhirnya menjadi seorang genius. Guru Beethoven
menyebut Beethoven sebagai seorang komposer yang tidak mempunyai harapan. Rodin
si pengukir legendaris, pernah 3 kali gagal masuk sekolah seni. Alexander
Graham Bell pernah disarankan oleh seorang pegawai bank untuk membuang “barang
mainan itu” (baca telepon). Henry Ford (pembuat ford quadrycycle) pernah gagal
dalam bisnis dan bangkrut sebanyak 5 kali. Itulah sedikit kisah yang menjadi
momentum luar biasa dari perubahan. Lautan kegagalan menjadikan batu loncatan
menuju pintu kesuksesan. Orang-orang sukses di bidangnya telah melewati deretan
kegagalan yang bangkit dan lahirkan karya-karya monumental. Hasil adalah
konsekuensi dari seberapa besar kita berusaha. Jika ingin mendapatkan ikan
besar maka umpannya pun harus berkualitas, menginginkan juara berarti usahanya
harus lebih keras. Kita lah yang menjalani siklus hidup, maka bangkit dan
melejit lah.
Begitulah hidup,
dimana banyak lembah yang harus di turuni. Begitulah sukses harus di titi
dengan loyalitas dan pengorbanan. Bukanlah perjuangan bila ia tanpa halangan.
Kegagalan merupakan sendi dari pembinaan jiwa dan mental. Demikianlah
sunnatullah kesuksesan penuh dengan hiasan kegagalan. Namun secara penalaran
lain kegagalan menjadikan karakter tersendiri yang membedakan, yang telah
menjadikan gagal itu memiliki makna dan pemahaman tersendiri di dalamnya.
Setiap orang pasti memiliki pemikiran sendiri mengenai makna kesuksesan. Tidak
ada salahnya saya pun demikian memberikan pemaknaan.
Sukses memiliki dua
dimensi, terikat dan saling keterkaitan satu dengan lainnya. Dimensi duniawi
dan ukhrawi. Dunia adalah ladang untuk kita mempersiapkan bekalan menuju akhirat.
Sukses secara duniawi erat sekali kaitannya dengan seberapa banyak kekayaan dan
hidup enak serta mewah, dimana tujuan dan cita-cita kita tercapai. Paradigma
yang sudah mendarah daging di masyarakat. Memang itulah sukses dunia, dimana
tujuan dan cita- cita yang di perjuangkan tercapai. Dimensi ukhrawinya yaitu
kesuksesan yang akan kita nikmati dan rasakan di yaumil akhir kelak, dimana
tercapainya tujuan dan cita-cita tertinggi kita yakni bertemu dengan sang
Khaliq, Rasulullah SAW dan para syuhada yang telah berjuang di jalan Allah SWT.
Kemenangan yang menjadi impian setiap orang. Seyogianya dimensi ukhrawi tidak
bisa lepas dari duniawi, karena syarat untuk ukhrawi ada dan kita usahakan di
dunia.
Hai orang-orang
yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Q.s.
Al-Hasyr: 18
Sukses dunia dan
akhirat hakikatnya bisa diparalelkan. Artinya sama-sama mencapai dimensi falah
atau kemenangan. Sehingga menciptakan hasanah dunia dan hasanah akhirat.
Paralel yang dimaksud ialah sejalan. Karena ketika Allah SWT meniupkan ruh ke
dalam jasad manusia dan lahir ke dunia, maka dari saat itulah kehidupan dunia
dimulai. Seiring pelayaran kehidupan kita, maka akan banyak deretan deretan
masa yang menyita hidup dan aktivitas kita. Hingga sampai kepada batas masa
kerja yakni kematian. Kehidupan berikutnya ketika Allah membangkitkan kita
kelak di yaumil akhir. Maka kehidupan akhirat di mulai. Ketika kehidupan dunia
yang kita bawa berupa hasanah, tentunya insya Allah kehidupan akhirat akan
membawa hasanah juga. Itulah parallel.
Makna sukses tidak
hanya diukur dari seberapa besar sukses itu diinderakan. Hakikatnya Allah lah
yang menghendaki dan menilai setiap langkah kita. Intinya kita usaha dengan
maksimal untuk mencapai kesuksesan itu. Sukses itu ketika kita mampu sabar oleh
ujian, sukses itu ketika kita mampu bermanfaat buat makhluk, sukses itu ketika
kita mampu membuat orang lain sukses, sukses itu ketika kita tidak merasa
sukses, sukses itu ketika dunia ada dalam genggaman kita dan surga dalam
kerinduan kita, sukses itu ketika kebutuhan ruhiyah, fikriyah, jasadiyah
terpenuhi dengan baik dan maksimal, kemudian puncak dari kesuksesan kita adalah
ketika surga sudah kita injak langsung oleh kaki kita. Karena sukses sebelum
kita mendapatkan syurga adalah sukses yang semu. Itulah yang menjadi rahasia
kesuksesan generasi emas sahabat. Wallahu’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar