Tampilkan postingan dengan label ilmu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ilmu. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 April 2021

Keberkahan Usia Dengan Menulis

Hari: Sabtu, 5 Ramadhan 1442 H

بسم الله الرّحمن الرّحيم

Alhamdulillaahil-ladzii bini’matihi tatimmush-saalihaat

"Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala amal shalih sempurna.”

Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada sebaik - baik Nabi dan Rasul, Nabi kita Muhammad ﷺ kepada keluarga dan juga seluruh sahabat Beliau ﷺ. Amma ba'du

Imam Malik rahimahullahu berkata dalam sebuah syair:

العلمُ صيدٌ والكتابةُ قَيْدُه ***  قَيِّدْ صُيودَك بالحِبَالِ المُوثِقَهْ

“Ilmu bagaikan binatang buruan, dan menulis adalah pengikatnya *** Ikatlah binatang buruanmu dengan tali-tali yang kuat”.

Membaca adalah Syari'at, maka menulis menjadi wasilahnya

Budaya menulis, telah dimulai sejak zaman para Nabi sebagaimana keterangan dari Rasulullah ﷺ, orang yang pertama kali menulis ilmu pengetahuan setelah Nabi Adam 'alayhissalam, adalah Nabi Idris 'alayhissalam. Beliau diberi nama “Idris” karena beliau adalah Nabi yang yudarrisu al-kutub (mengajarkan al-kitab). Nabi Nuh menuliskan diiwan (catatan) dalam bahtera beliau. Bahkkan Allah juga menuliskan Taurat untuk Nabi Musa, “dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu…” (QS. Al-A’raf: 145).

Penulisan mushaf al-Quran yang dilakukan pada masa Abu Bakar dan Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhuma juga pembukuan hadis pada masa Umar bin Abdul Aziz rahimahullahu juga merupakan salah satu upaya untuk mencatat ilmu pengetahuan.

Sosok Cerdas Sahabat Mulia: Abdullah Bin Abbas radhiyallahu 'anhu

Seperti halnya salah seorang sahabat Rasulullah ﷺ yaitu Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhu yang luas ilmu pengetahuanya. Ibnu Abbas sangat menyukai ilmu pengetahuan. Dia mengabdikan dirinya untuk memahami, menghafal, dan mempelajari banyak ilmu.

Sejak kecil Ibnu Abbas memiliki kecenderungan terhadap ilmu, terlihat dari semangatnya dalam menuntut ilmu. Ia gemar bertanya, mencatat dan menghafal, sebabnya tak pernah terlewat satu haripun Ia luput dari majelis bersama Rasulullah ﷺ.

Saat dewasa Ia menjadi orang yang paling berpengetahuan tentang Tafsir Al-Qur'an dan aturan Sunnah. Banyak orang-orang datang ke Ibnu Abbas untuk mempelajari ajaran agama darinya.

Ia tidak hanya menumpahkan perhatian terhadap pengumpulan ilmu pengetahuan semata, tetapi juga meneliti dan menyelidiki sumber-sumbernya. Suatu saat dia pernah bercerita mengenai dirinya, “Jika aku ingin mengetahui tentang suatu masalah, aku akan bertanya kepada 30 shahabat.” maa syaa Allaah.

Demikianlah Ibnu Abbas bertanya, bertanya, dan bertanya, lalu mengkaji jawaban dan menganalisanya. Pernah suatu ketika Ibnu Abbas ditanya, “Bagaimana anda mendapatkan ilmu ini?” “Dengan lidah yang suka bertanya dan akal yang suka berpikir”, jawabnya.

Di usianya yang ke-71 tahun, Allah Subhanahu wa ta'ala memanggilnya. Saat itu umat Islam benar-benar kehilangan seorang dengan kemampuan dan pengetahuan yang luar biasa. "Hari ini telah wafat ulama umat," kata Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menggambarkan rasa kehilangannya. Wallahu a'lam

Keberkahan usia Syaikh Muhammad Ali ash Shobuni rahimahullahu


Wafat dalam usia 91 tahun merupakan keberkahan tersendiri bagi syaikh Muhammad Ali Ash Shobuni. Umur yang terbentang panjang membuatnya mampu menyelesaikan banyak karya berkelas. Lebih dari 50 karya tulis telah dirampungkannya. 

Termasuk karyanya yang monumental yaitu kitab tafsir Shofwatu Tafaasir dan al Mawarits fis Syaria'ah al Islamiyyah, yang menjadi referensi sekaligus bahan ajar di berbagai pesantren dan perguruan tinggi di Indonesia.

Adalah putranya yang bernama Anas pernah menceritakan, bahwa setelah sekian lama membersamai ayahnya, ia mendapati suatu kebiasaan unik yang dilakukan oleh 'waalid' kebanggaannya itu. Kebiasaan itu adalah setiap kali ayahnya memulai untuk menulis sesuatu, ia tidak segera langsung menuntaskannya, akan tetapi ia malah memulai untuk menulis sesuatu yang lain. 

Merasa heran dan takjub dengan apa yang diperbuat ayahnya, ia memberanikan diri bertanya kepada ayahnya, "Wahai ayahku,  kenapa engkau memulai tulisan yang baru, sedangkan tulisan sebelumnya belum engkau tuntaskan?"

Sang ayahpun tersenyum lalu tertawa. Ia jawab pertanyaan anaknya, "Wahai anakku, ini adalah rahasia antara aku dengan Rabku".

Sang anakpun semakin penasaran, "Wahai ayahku, sampaikanlah kepadaku, apa rahasia itu?"

Akhirnya sang ayahpun menceritakan perihal rahasianya itu kepada anaknya, "Yaa waladii, aku senantiasa berdoa kepada Allah agar Ia tidak mengambil amanah yang ada dipundakku sebelum aku menyelesaikannya. Dan seluruh karya tulis ini adalah amanahku. Aku berharap agar Allah senantiasa mengulurkan dan memanjangkan umurku sampai aku mampu menyelesaikan semuanya".

رحم الله شيخنا وأسكنه فسيح جنته...

Mari terus semangat untuk berkarya. Jangan pernah lari dari memikul amanah. Siapa tahu itu yang menjadikan Allah Ta'ala ridha, sehingga Ia biarkan jantung kita terus-menerus berdetak, paru paru kita terus  berfungsi, dan senantiasa memberkahi setiap deret waktu yang kita lalui sepanjang hidup ini.

عن أبي صفوان عبد الله بن بُسر الأسلمي رضي الله عنهما قال: قال رسول الله  ﷺ: خير الناس من طال عمره، وحسن عمله. (رواه الترمذي)

Dari Abu Shofwan Abdullah bin Busr al Aslami radhiyallahu 'anhu: Rasulullah ﷺ bersabda: Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya. (HR. Tirmidzi).

Wallahu waliyyut taufiq

Kamis, 26 Mei 2016

Peran Muslimah dalam Mencerdaskan Bangsa di tengah Dekadensi Moral



a. Dalam Lingkup Domestik

1. Sebagai istri
Peran ini akan berefek besar bagi peradaban manusia, sehingga menjadi patokan penting bagi muslimah, dan juga dalam mewujudkan masyarakat yg baik.

QS Al-Baqarah: 147
"Para suami merupakan pakaian untuk kamu, dan kamu pun menjadi pakaian untuk mereka"

Rasulullaah bersabda
Bagi seorang muslimah, apabila wafat dan suaminya  ridlo, maka dia akan masuk ke syurgaNYA

Hal tersebut menandakan betapa peran muslimah sebagai isteri sangat penting. Suami isteri yang harmonis memberikan kontribusi pada pembentukan keluarga yang harmonis. Keluarga yang harmonis merupakan modal awal terbentuknya masyarakat yang harmonis.

2. Sebagai ibu untuk anak-anaknya, menjadi pendidik pertama dan utama. 

Dalam pendidikan, yg utama adalah adanya perubahan perilaku. Bagaimana orang tua/ibu dapat menerapkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya.  Itulah peran yang sangat besar untuk muslimah.
Anak2 membutuhkan pengarahan/filter dari ibunya, juga kerjasama dari ayah dan ibu dalam prosesnya.

Dalam proses pendidikan tersebut, seperti halnya sebuah sekolah. Sekolah membutuhkan, guru, program dan evaluasi. Bagaimana ayah dan ibu bisa menjalankan pendidikan yg mencakup tiga hal tersebut diatas dengan baik. Dan Ibu sebagai orang yang cukup dekat dengan anaknya memiliki peran yang signifikan dalam proses pendidikan ini.

Dua hal itu lah peran muslimah dalam lingkup domestik; sebagai istri dan sebagai ibu

b. Dalam Lingkup Publik:

Selain peran muslimah di dalam rumah, di luar rumah pun muslimah harus punya kontribusi ke masyarakat.

Dalam satu kisah:  seorang muslimah terlihat ada di dalam syurga dalam dialog dijawab bahwa masuk syurga nya karena satu peristiwa yaitu ketika sedang menulis, yaitu ada lalat di penanya, dan dia membiarkan saja lalat tersebut, sampai akhirnya terbang dengan sendirinya, baru kemudian ia menulis kembali.

Hikmahnya : dia bersabar, dan berkasih sayang pada mahluk Allah.

Kita harus punya kasih sayang terhadap sesama, sebagai anggota muslimah di tengah masyarakat. Potensi muslimah yang lain, salah satu bidang yg besar saat ini adalah dalam pendidikan.

Bagaimana kita bisa mengurangi porsi kepentingan pribadi untuk kepentingan orang banyak. Itulah sumbangsih untuk mencerdaskan bangsa kita.

Hal kedua dalam mencerdaskan bangsa yang cukup punya efek juga yaitu berperan dalam politik dan ekonomi.

Jika muslimah punya peluang utk melakukan perannya, sekecil apapun itu, maka lakukanlah, insyaAllah akan leibh baik dalam mencerdaskan bangsanya. Peran muslimah yang lain bisa juga dalam bidang medis, dll.

Lalu bagaimana caranya mempunyai kemampuan untuk dapat menjalankan peran tsb?

1.  Berbakti kepada Allah SWT.

QS An nisaa: 1
Hai manusia, berbaktilah kpd RabbMu yg telah menciptakan kamu dari satu diri..

2. Dengan mengembangkan keberadaan kita

QS Al Ahzab: 35

"Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang Mukmin, Laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang Benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah. Allah
Subhanahu wa Ta'ala telah menyediakan untuk mereka, ampunan dan pahala yang besar."

Dari kedua ayat tersebut maka beberapa sifat perlu menjadi bagian dari kepribadian kita sehingga aplikasinya dalam beramal/ berperan akan konsisten, taat dan sejalan dengan perintah Allah dan Rasulnya.

1. Menjadi muslimah dan mukminah yang berbakti kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
2. Menjadi muslimah yang taat
3. Menjadi muslimah yang jujur
4. Menjadi muslimah yang sabar
5. Menjadi muslimah yang khusyu
6. Menjadi muslimah yang bersedekah
7. Menjadi muslimah yang berpuasa
8. Menjadi muslimah yang memelihara kehormatan
9. Menjadi muslimah yang banyak menyebut nama Allah
Subhanahu wa Ta'ala.

Insya Allah jika kita mampu mengamalkan ayat-ayat tersebut akan terbentuk muslimah yang tawadhu yaitu bisa menghargai orang lain, tidak merasa lebih baik dari yg lain serta menjadi orang yang selalu berderma dalam konteks berperan aktif di masyarakatnya.

Itulah jalan-jalan bagi muslimah dlm membangun pribadinya, yang Insya Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menjadi jalan juga dlm mencerdaskan bangsanya..Aamiin.

Itu saja sahabat, yang dapat kami tuliskan. Semoga dapat bermanfaat untuk kita khususnya dan untuk muslimah dimanapun berada umumnya. Semoga ALLAH Subhanahu wa Ta'ala  senantiasa memberikan petunjuk dan bimbinganNYA untuk kita, sehingga senantiasa dapat berjuang di jalanNYA. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamin.

Sumber: fahima.org
by:  Bidang PSDM Fahima telah menyelenggarakan Taujih Online bersama Ibu Nursanita Nasution (anggota DPR RI) pada hari Jum'at, 12 Mei 2006.

Kamis, 24 Maret 2016

Dimudahkan Jalannya Menuju Syurga Dengan Ilmu



Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin
Dalam kitab Riyadhus Shalihin Kitabul Ilmi Al Imam An Nawawi menyebutkan hadits nabi shallalahu’alaihi wasallam,


وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ:وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًايَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا,سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (H.R Muslim)

Kandungan Hadits

Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan pengaruh serta dampaknya yang baik.
“Menempuh Jalan” disini mencakup: 

(1) Jalan secara indrawi, yaitu jalan yang dilalui kedua kaki, seperti sesorang pergi dari rumahnya menuju tempat untuk menimba ilmu baik berupa masjid, madrasah, ataupun universitas dan lain sebagainya.

Dan termasuk hal ini adalah rihlah (mengadakan perjalanan) dalam rangka mencari ilmu yaitu seseorang yang rihlah dari negerinya ke negeri lain untuk mencari ilmu, maka hal ini adalah termasuk menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu.

Sungguh Jabir bin Abdillah Al Anshori radhiallahu ‘anhu, seorang shahabat Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam mengadakan rihlah untuk mendapatkan satu hadits selama perjalanan sebulan di atas onta, beliau menempuh perjalanan dari negerinya ke negeri yang lain selama sebulan untuk mendapatkan satu hadits, yang diriwayatkan Abdullah bin Unais radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam, yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad No. 746.

(2) Jalan yang bersifat maknawi, yaitu mencari ilmu dari pendapat dan perkataan para ulama’ dan kitab-kitab.

Maka orang yang menelaah kitab-kitab untuk mengetahui dan mendapatkan hukum permasalahan syari’at walaupun dia duduk diatas kursinya maka ia telah menempuh satu jalan mendapatkan ilmu. Barang siapa duduk dihadapan seorang syaikh (ahlul ilmi) dia belajar darinya, maka ia telah menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu walaupun ia duduk.

Barangsiapa menempuh jalan tersebut maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, karena dengan ilmu syar’i engkau akan mengerti hukum-hukum Allah Subhanahu wa ta’ala. Engkau mengetahui syari’at Allah, apa yang diperintahkan dan apa yang dilarang-Nya, sehingga engkau ditunjuki ke jalan yang Allah Azza wa Jalla ridhoi dan menghantarkan engkau ke jannah. Manakala bertambah semangat dalam menempuh jalan yang mengantarkan kepada ilmu maka bertambah pula kemudahan jalan yang mengantarkanmu ke surga.

Dalam hadits ini terdapat dorongan semangat untuk “tholabul ilmi” (mencari ilmu) tanpa diragukan oleh seorangpun. Maka sudah sepantasnya bagi manusia untuk segera mempergunakan kesempatan. Terlebih bagi pemuda yang dia lebih mampu menghafal dengan cepat, lebih kuat melekat pada pikirannya, maka sudah sepantasnya untuk bersegera menggunakan waktu dan umurnya sebelum datang masa-masa yang menyibukkan dirinya.

[Dinukil dari kitab Syarah Riyadhus Shalihin, Bagian Kitabul Ilmi Hadits ke 1389, karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, cetakan Darul Atsar (3/424-426), diterjemahkan oleh Al Ustadz Muhammad Rifa’i]
Sumber: Buletin Da’wah Islam Riyadhus Shalihin Edisi 005/Jumadil Tsani/1427 H.

Selasa, 19 Januari 2016

Nasihat Emas Imam Asy Syafi'i




Beliau rahimahullah berkata dalam kitab Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i,

Aku melihat pemilik ilmu hidupnya mulia walau ia dilahirkan dari orangtua terhina.
Ia terus menerus menerus terangkat hingga pada derajat tinggi dan mulia.
Umat manusia mengikutinya dalam setiap keadaan laksana pengembala kambing ke sana sini diikuti hewan piaraan.

Jikalau tanpa ilmu umat manusia tidak akan merasa bahagia dan tidak mengenal halal dan haram.
Diantara keutamaan ilmu kepada penuntutnya adalah semua umat manusia dijadikan sebagai pelayannya.

Wajib menjaga ilmu laksana orang menjaga harga diri dan kehormatannya.
Siapa yang mengemban ilmu kemudian ia titipkan kepada orang yang bukan ahlinya karena kebodohannya maka ia akan mendzoliminya.

Wahai saudaraku, ilmu tidak akan diraih kecuali dengan enam syarat dan akan aku ceritakan perinciannya dibawah ini:

Cerdik, perhatian tinggi, sungguh-sungguh, bekal, dengan bimbingan guru dan panjangnya masa.
Setiap ilmu selain Al-Qur’an melalaikan diri kecuali ilmu hadits dan fikih dalam beragama.
Ilmu adalah yang berdasarkan riwayat dan sanad maka selain itu hanya was-was setan.
Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru.

Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya.
Barangsiapa belum merasakan pahitnya belajar walau sebentar,
Ia akan merasakan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya.
Dan barangsiapa ketinggalan belajar di masa mudanya,
Maka bertakbirlah untuknya empat kali karena kematiannya.
Demi Allah hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa.
Bila keduanya tidak ada maka tidak ada anggapan baginya.

Ilmu adalah tanaman kebanggaan maka hendaklah Anda bangga dengannya. Dan berhati-hatilah bila kebanggaan itu terlewatkan darimu.

Ketahuilah ilmu tidak akan didapat oleh orang yang pikirannya tercurah pada makanan dan pakaian.

Pengagum ilmu akan selalu berusaha baik dalam keadaan telanjang dan berpakaian.
Jadikanlah bagi dirimu bagian yang cukup dan tinggalkan nikmatnya tidur
Mungkin suatu hari kamu hadir di suatu majelis menjadi tokoh besar di tempat majelsi itu.
***
Disadur dari kitab Kaifa Turabbi Waladan Shalihan (Terj. Begini Seharusnya Mendidik Anak), Al-Maghrbi bin As-Said Al-Maghribi, Darul Haq.