|Bersama : Ustadz Deden M. Makhyaruddin Al-Hafidz
Selama bulan ramadhan
berlangsung, betapa hati seorang mukmin itu sudah menjadi gembur. Puasa
ramadhan dengan segala aktivitasnya membuat hati menjadi gembur, kalau
diibaratkan sawah, maka lahan ini sudah siap untuk tanam. Amaliah
ramadhan yang paling besar adalah bersama Al Quran.
– Orang yang ketika ramadhannya menghafal Al-Quran, maka sekarang sudah tumbuh.
– Orang yang ketika ramadhannya membaca Al-Quran, maka hari ini sudah tumbuh.
Kira-kira sudah berumur 20 hari (syawal), itulah umur Al Quran yang sudah kita tanam selepas ramadhan. Nah tanaman yang sudah tumbuh itu akan tetap hidup ataukah mati? Jawabannya tergantung dari tanahnya, yang semula sudah gembur akankah kita menjadikannya tanah yang gersang ?
Tapi sebelumnya, kita bertanya pada diri sendiri, apakah kita sudah menanam?
Jika kita belum menanam, mari
kita tanam hari ini, jangan menunggu hari esok lagi. Bulan syawal yang
saya rasakan adalah bulan menghafal, karena hatinya masih lembut, masih
gembur, sehingga kalau orang menghafal Al Quran, itu hatinya sudah
bersih. Lalu kenapa ada juga orang yang menggunakannya untuk liburan ke
tempat maksiat?
Pergi ke tempat-tempat yang bisa mengotori hati?
Padahal hati yg bersih itu seharusnya digunakan untuk menanam ayat-ayat Al Quran.
Bagaimana menghidupkan Al Quran dalam hati setelah ramadhan?
1. Mensyukuri nikmat Al Quran
|Q. S. Luqman : 12|
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ
الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ
لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Dan sesungguhnya telah Kami
berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji
Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam
bersabda di dalam hadistnya yang berbunyi, “la hasada illa fithnataini;
rajulun aataahullahu malan fasullita ‘ala halakatihi fil haqqi wa
rajulun aataahullahul hikmah fahuwa yaqdhibiha wayu’allimuha”
* yang artinya : “Janganlah kamu berhasad kecuali dalam dua perkara yaitu terhadap orang yang diberikan harta oleh Allah dan dia membelanjakannya untuk orang lain dalam perkara yang benar dan orang yang diberikan ilmu oleh Allah dan dia mengamalkan untuk dirinya dan disampaikan kepada orang lain”.
Dalam hadist lain ‘hikmah’ dalam hadist ini diartikan : *orang yang diberi oleh Allah kepandaian membaca & memahami Al Quran.
Tanda-tanda bersyukur :
1. Merasa senang
Hafal Al Quran, hanya oleh itulah sebenarnya mereka harus senang.
Karena Al Quran lebih baik daripada harta yang dikumpulkan.
2. Rasa senang itu memberikan
efek untuk mengerjakan, maka akan semangat murajaah, semangat
menghafalkan, semangat mentadabburi, semangat mengamalkannya, akan terus
ada. Ketika kita bersyukur, maka Allah akan tambahkan.
|Q. S. Ibrahim : 7|
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala
Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih
Setelah ramadhan itu kita bahagia, bahagia itu karena terlepas dosa ?Atau karena sudah tidak puasa?
Rasa nikmat itu menumbuhkan rasa ingin lagi untuk mengerjakannya.
Ketika sudah hafal Al Quran, ketika kita mengucapkan alhamdulillah, itu ada dua kemungkinan :
* Rasa syukur, yang kemudian terus berlanjut dan murajaah
* Karena hanya nunggu selesai hafal, maka akan berhenti dan tidak murajaah lagi.
Mensyukuri Al Quran dan ilmu itu lebih hebat daripada mensyukuri apapun. Maka di hati ini akan tetap hidup dengan Al Quran.
2. Menjaga hati agar tetap lembut,
agar tetap berayat, tetap gembur, dan menjaga hati ini tidak cukup
hanya dengan rasa syukur namun dilanjutkan dengan perbuatan. Syukur itu
menambah. Sedangkan mempertahankan itu menjaga yang sudah ada.
Jangan sampai hati yg sudah gembur, kemudian sudah menanam, akhirnya malah mati.
Hati bani israil itu keras,
justru setelah turunnya ayat. Yaitu ketika mereka menyembelih sapi. Hati
mereka keras setelah ramadhan, menyembelih sapi, melihat ayat itu.
Janganlah sampai orang yg beramadhan kemarin hatinya menjadi keras setelah selesai.
Al Quran itu tiada lain adalah
dzikrul, dzikr adalah sesuatu yg disebut-sebut, selalu diingat-ingat.
Efek dari mengulang-ulang itu membaca, aktivitas yg berayat, dzikir
untuk lil’aalamin.
* Matahari itu juga menghafal Al Quran
* Semut mendengarkan Al Quran
Tidak semua ‘aalamin
menjadikan Al Quran sebagai dzikr, hanya sebagian yang bisa mengerjakan,
sesuatu yg bisa memberikan efek, sesuatu yang berayat . Yaitu hanya
‘aalamin yg bisa istiqamah.
Para sahabat dulu, pada
pertempuran mereka mengorbankan nyawanya untuk Al Quran. Sampai umar
sedih, kalau mereka meninggal siapa yang akan menjaga Al Quran , mereka
lebih memilih kehilangan nyawa daripada kehilangan ayat dari dalam
hatinya.
Namun sekarang bagi mukmin , kehilangan uang 1 juta lebih pusing daripada kehilangan 1 ayat dari hatinya.
Kira-kira kita kehilangan uang 1 juta dan 1 ayat Al Quran lebih sedih yg mana?
*Jawab masing-masing dalam hati*
Punya hafalan 1 ayat,
jaga jangan sampai kehilangan, sekali hafal ayat pantang untuk
menceraikannya karena menghafal Al Quran itu seperti pernikahan.Sekali
hafal dijaga untuk seumur hidup.
[Tanya~Jawab]
1. T. Bagaimana jika kita sudah membaca, menghafal, dan mengikuti tadabbur setiap ba’da shubuh, hal ini sudah berlangsung selama 9 tahun, namun saya merasa belum maksimal?
J. Merasa belum maksimal itu nikmat Allah swt.
– Selama hal itu memacu untuk bertambah semangat, maka kita harus tetap melakukannya
– Maksimal dan tidak maksimal bukan dilihat dari jumlah orang yang duduk, ayat/surat yang sudah dihafal, tetapi seberapa kuat kegigihan& kekonsistenan.
– Ada masa, dimana maksimal itu sendirian, maksimal itu sedikitan, seperti pada zaman nabi Nuh a.s berdakwah selama 1000 tahun kurang 50 tahun, nabi Nuh berdakwah maksimal, tapi apa yg terjadi? anaknya tidak beriman, istrinya tidak beriman, namun nabi Nuh tidak kecewa dengan hal itu meskipun kepada Allah nabi Nuh mengadu.
Q. S. Nuh : 5
قَالَ رَبِّ إِنِّي دَعَوْتُ قَوْمِي لَيْلًا وَنَهَارًا
Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,
Tetapi Allah swt menjawab
jangan merasa apa yg kamu buat itu tidak maksimal, jangan kamu lihat itu
, jika itu membuat tetap bertahan..
– Baca yang benar, tadabbur yang benar, karena tadabbur yang benar akan melahirkan hafalan.
Bertadabbur yg benar, akan melahirkan hafalan. Begitupun hafalan yg benar akan membuahkan tadabbur.
2. T* Bagaimana jika hafalan tidak mutqin? Lebih baik murajaah sedikit-sedikit atau murajaah langsung banyak?
* Ketika menghafal, masih ada aja kesalahannya (tajwid belum benar). Apakah menghafal dilanjutkan atau dihentikan dan lebih baik memperbaiki bacaan terlebih dulu?
J* Penyebab murajaah berat :
– Belum hafal bacaannya
– Tidak senang ketika lupa atau keliru
– Berharap ingin cepat selesai.
Hafalan yang belum lancar
jangan di murajaah, murajaah hanya surat yang sudah dihafal saja. Kalau
belum lancar , hafalkan lagi. Sampai kapanpun hafalan yg belum hafal
tidak akan menikmati murajaah.
Ayat yang kita murajaah tergantung hafalan sudah banyak atau belum, jadi jangan murajaah surat yang memang belum kita hafal, kita akan merasa capek memurajaah surat yg belum kita hafal.
* Hafalkan ayat yang sudah
bertajwid. Yang sudah teruji bacaannya itu benar, kalau belum lewatkan.
Biasanya ada penghafal Al Quran yg tergesa-gesa, ingin segera hafal
namun mengabaikan tajwid. Dengan mengabaikan tajwid, maka hafalannya
akaan semakin lama. Memperbaiki bacaan adalah rangkaian dalam menghafal
Al Quran. Banyak orang yang ingin hafal, mengabaikan bacaan tajwid maka
akan semakin lama dalam menghafal.
Wallahu a’lam bishshawab
Sumber: mesjidui.ui.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar