Seputar Pertanyaan Silaturahmi (dijawab oleh Ustdz. Muhammad Abduh Tuasikal, MSc)
Tanya: Maksudnya silaturahmi memanjangkan umur gmn ustd? Krn umur kan sudah ditentukan Allah..
Jawab:Umurnya tambah berkah.
Tanya: Memutuskan silaturahmi itu contohnya gmn ya ustadz?, dan bedanya dg hubungan yg renggang seperti apa ? jazaakallaah
Jawab: Hubungan yang renggang, bertengkar dg keluarga, semuanya termasuk.
Memang terjadi salah kaprah mengenai istilah silaturahmi di
tengah-tengah kita sebagaimana yang dimaksudkan dalam hadits-hadits.
Yang tepat, menjalin tali silaturahmi adalah istilah khusus untuk berkunjung kepada orang tua, saudara atau kerabat. Jadi bukanlah istilah umum untuk mengunjungi orang sholeh, teman atau tetangga.
Yang tepat, menjalin tali silaturahmi adalah istilah khusus untuk berkunjung kepada orang tua, saudara atau kerabat. Jadi bukanlah istilah umum untuk mengunjungi orang sholeh, teman atau tetangga.
Sehingga yang
dimaksud silaturahmi akan memperpanjang umur adalah untuk maksud
berkunjung kepada orang tua dan kerabat. Ibnu Hajar dalam Al Fath
menjelaskan, “Silaturahmi dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang
punya hubungan nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula
masih ada hubungan mahrom ataukah tidak.” Itulah makna yang tepat.
Bahasan berikut akan mengangkat perihal keutamaan silaturahmi. Lalu
akan ditambahkan dengan pemahaman yang selama ini keliru tentang makna
‘silaturahmi’. Karena salah kaprah, akhirnya jadi salah paham dengan
hadits yang menyatakan bahwa silaturahmi akan memperpanjang umur. Lebih
baik kita simak saja ulasan singkat berikut. Moga bermanfaat.
Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga,
lantas Rasul menjawab,
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ
“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang
tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983)
Dari Abu Bakroh, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ
ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ
الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ –
مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya
bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya
[di akhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan
memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)” (HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah no. 4211, shahih)
Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
”Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang
membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang
yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali
menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari no. 5991)
Abu Hurairah berkata, “Seorang pria mendatangi Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya punya
keluarga yang jika saya berusaha menyambung silaturrahmi dengan mereka,
mereka berusaha memutuskannya, dan jika saya berbuat baik pada mereka,
mereka balik berbuat jelek kepadaku, dan mereka bersikap acuh tak acuh
padahal saya bermurah hati pada mereka”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Kalau memang halnya seperti yang engkau katakan,
(maka) seolah- olah engkau memberi mereka makan dengan bara api dan
pertolongan Allah akan senantiasa mengiringimu selama keadaanmu seperti
itu.” (HR. Muslim no. 2558)
Abdurrahman ibnu ‘Auf berkata bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ،
وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ
قَطَعَهَا بتَتُّهُ
“Allah ’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku
menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang
menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang
memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (HR. Ahmad 1/194, shahih lighoirihi).
Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi
niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta
keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber: Rumaysho.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar