Senin, 18 Mei 2020

Raihlah Pahala Besar Dalam Pahala Muta'addi


Amalan muta’addi adalah amalan yang manfaatnya untuk orang lain, sedangkan amalan qaashir, manfaatnya untuk diri sendiri.
Sekarang kita akan melihat dalil yang menunjukkan bahwa amalan muta’addi itu pahalanya lebih besar dari amalan qaashir.

Allah Ta’ala berfirman,
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3).
Agar selamat dari kerugian, maka harus memenuhi empat hal: (1) beriman, (2) beramal saleh, (3) saling menasihati dalam kebenaran yaitu dalam beriman dan beramal saleh, (4) saling menasihati untuk sabar, yaitu sabar dalam ketaatan, sabar dari berbuat maksiat, dan sabar menghadapi takdir yang tidak menyenangkan. Dua perkara pertama adalah untuk menyempurnakan diri sendiri, sedangkan dua perkara yang berikutnya adalah untuk menyempurnakan orang lain. Menyempurnakan empat hal ini berarti akan membuat seseorang selamat dari kerugian dan akan meraih keberuntungan yang besar. Oleh karena itu, selamatnya manusia dari kerugian tergantung pada bagaimanakah ia memberi manfaat pada yang lain dengan menasihati untuk berbuat baik dan menasihati untuk sabar. Lihat Utruk Atsaran Qabla Ar-Rahiil, hlm. 11.
Dalil lainnya:

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا
Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al-Mu’jam Al-Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al-Jaami’ no. 176).
Lihatlah memenuhi hajat orang lain dibandingkan dengan amalan iktikaf. Memenuhi hajat orang lain termasuk amalan muta’addi, lebih besar pahalanya dibanding dengan amalan iktikaf yang merupakan amalan qaashir. 
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أُمِّ مَعْبَدٍ حَائِطًا فَقَالَ يَا أُمَّ مَعْبَدٍ مَنْ غَرَسَ هَذَا النَّخْلَ أَ مُسْلِمٌ أَمْ كَافِرٌ فَقَالَتْ بَلْ مُسْلِمٌ قَالَ فَلاَ يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلاَ دَابَّةٌ وَلاَ طَيْرٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memasuki kebun Ummu Ma’bad, kemudian beliau bersabda, “Wahai Ummu Ma’bad, siapakah yang menanam kurma ini, seorang muslim atau seorang kafir?” Ummu Ma’bad berkata, “Seorang muslim.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu dimakan oleh manusia, hewan atau burung kecuali hal itu merupakan shadaqah untuknya sampai hari kiamat.” (HR. Muslim, no. 1552)
Pada riwayat Muslim yang lain disebutkan,
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ مِنْهُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ وَلاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
Tidaklah seorang muslim menanam tanaman melaikan apa yang dimakan dari tanaman tersebut akan menjadi sedekah baginya. Apa yang dicuri dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Apa yang dimakan oleh binatang buas dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Apa yang dimakan oleh seekor burung dari tanaman tersebut merupakan sedekahnya. Tidaklah dikurangi atau diambil oleh seseorang dari tanaman tersebut kecuali merupakan sedekahnya.” (HR. Muslim, no. 1552)
Semoga bermanfaat

Sumber : rumaysho.com

Minggu, 17 Mei 2020

Kalimat Terbaik Untuk Anak Kita

بسم الله

Segala puji bagi Allah, Rabb yang berhak disembah. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman

Kita ketahui semakin majunya zaman, semakin jahiliyah manusianya terutama dalam BAB akhlaq. Padahal jelas Nabi Kita Rosulullah  
telah mencontohkan umatnya untuk senantiasa berakhlaq mulia, diantaranya ialah berkata baik.
Mari kita koreksi diri kita mengenai berkata / bertutur baik ini, dalam skala kecil di dalam rumah tangga. 

Seorang Ibu adalah madrasah bagi anaknya, nah bagaimana tutur yang baik seorang ibu terhadap anaknya. Semua paham bahwa ibu dengan segala aktivitasnya 24 jam full dirumah, apalagi ia harus mentransfer akhlaq yang baik kepada anak-anaknya.

Disamping hati dan fikiran yang labil dihadapkan anak yang super gemeess dengan segala tingkah lucunya, nah bisakah Ibu sekalian (termasuk saya) bisa tetap di zona aman dalam berkata baik?

Terinspirasi dari seorang ummahat (ummu salman) , saya selaku Ibu pembelajar yang fakir ilmu ini mengutip tulisan beliau, semoga bisa kita terapkan dirumah dalam membersamai anak dengan segala aktivitasnya. Dan apa saja kalimat baik yang bisa diterapkan itu? (Silahkan nikmati tulisan hikmahnya)

Bismillaah.. 

"Kalimat Terbaik Untuk Anak Kita"

Ketika anak kita marah atau tantrum ucapkanlah :
Semoga Allah Ta’ala memberimu petunjuk”, ucapkanlah dengan tenang tanpa kemarahan.
Ketika anak kita mengadu bahwa dia jatuh dan mendatangi kita dengan menangis ucapkanlah :
“Innalillahi, Allah Ta’ala telah mentakdirkan, dan apa yang Allah kehendaki akan Allah lakukan. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala”, sambil memberikan ia pelukan.
Ketika anak kita berbuat kebaikan sekecil apapun itu ucapkanlah:
” Barokallah, Semoga Allah Ta’ala memberimu kebaikan”, ucapkanlah dengan kelembutan dan senyum termanis, kemudian tambahkan dengan ucapan terima kasih padanya.
Ketika kamar anak berantakan, mainan berserakan atau badan anak kotor setelah main-main ucapkanlah :
Mari kita bersihkan kamarmu/bersihkan pakaianmu / bersihkan badanmu karena sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan”.
Jika anak sudah mandiri maka biarkan ia kerjakan sendiri, bila masih balita lakukan secara bersama-sama untuk membangun Kebersamaan dan memberinya contoh.
Ketika anak berkelahi dan mencelah temannya ucapkanlah :
Semoga Allah Ta’ala memaafkanmu, dan maafkanlah saudaramu”, agar ia mendapatkan kebaikan, dan tentunya masalah anak dan temannya tetap kita mediasi.
Dan masih banyak lagi ucapan-ucapan baik serta doa yang bisa kita berikan kepada Anak kita dalam setiap kejadian. Agar dalam setiap kejadian ia bisa tetap mengikatkan hatinya kepada Allah agar terjaga fitrahnya.
Kita berharap kepada Taufik Allah, bimbingan Allah selalu hadir bersama kita dan anak-anak kita.
Maka semua dimulai dari perkataan kita..jangan sampai ada doa kejelekan untuk anak kita.
Allahu A’lam..
Semoga Allah senantiasa membimbing kita dalam mendidik anak-anak kita
~Tulisan sahabat dumayku: Ambi Ummu Salman

Obat Hati, Lakukan Lima Perkara

بسم الله

Bagaimana cara mengobati hati yang sakit, yang sedih, yang gelisah?

Berikut kita lihat penjelasan Imam Nawawi dalam At Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’an.

Ibrahim Al Khowash berkata, obat hati itu ada lima:

1- Membaca Al Qur’an dan tadabbur (merenungkannya)

2- Rajin mengosongkan perut (dengan gemar berpuasa)

3- Mendirikan shalat malam (shalat tahajud)

4- Merendahkan diri di hadapan Allah (dengan do’a dan dzikir) di akhir malam (waktu sahur)

5- Bermajelis (bergaul) dengan orang-orang sholeh. (At Tibyan karya Imam Nawawi, hal. 87). Coba praktikkan amalan di atas, niscaya kita akan merasakan kesejukan dan penyejuk hati. Itulah obat hati yang paling mujarab.

Semoga Allah menganugerahkan kita hati yang selamat dari berbagai macam noda. 
Referensi:

At Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’an, Abu Zakariya Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Maktabah Ibnu ‘Abbas, cetakan pertama, tahun 1426 H

#obathati 
#ruhiyah 
#kitabattibyan
#ramadhankareem🌙 
#ramadhan1441h 
#rumayshocom 
#ustadzbudiashari 
#akademigurualfatih